Sukses

Sri Mulyani: Ada Orang Ibadah Bagus, tapi Lihat Uang Jadi Lupa Semuanya

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, karena manusia sangat mudah tergoda, maka dibutuhkan pengawasan yang benar-benar kompeten.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi pembicara dalam acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengawasan Intern Pemerintah. Rakornas ini dihadiri oleh sebanyak 1.200 orang perserta yang berasal dari Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).

Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani menyoroti mengenai tata kelola anggaran yang memiliki banyak godaan. Menurut dia, uang bisa menjadi solusi untuk pembangunan, tetapi bisa juga menjadi petaka saat terjadi penyelewengan. Bahkan, penyelewengan ini dapat dilakukan oleh orang yang memiliki ibadah bagus.

"Kita semua mengetahui bahwa aparatur pemerintah harus bersama-sama menjaga tata kelola berdasarkan konteks yang saya sampaikan. Keuangan negara berhubungan dengan uang godaannya banyak sekali," ujar Sri Mulyani di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (21/3/2019).

"Uang bisa menjadi sumber solusi tapi juga sumber celaka. Banyak orang celaka. Salat rajin, haji ada, umrah sering, puasa Senin-Kamis, tapi waktu ngeliat uang dia lupa semua itu. Kaya enggak ada koneksinya. Kayanya uang, ada dunianya sendiri," ujar Sri Muyani.

Sri Mulyani melanjutkan, karena manusia sangat mudah tergoda, maka dibutuhkan pengawasan yang benar-benar kompeten. Indonesia sendiri sudah melengkapi institusinya dengan pengawasan berlapis.

"Karena manusia mudah tergoda, maka kelemahan ini harus dikompensasi dengan pengawasan yang baik. Jangan percaya diri sendiri saya tidak tergoda. Lebih senang kita diawasi. Oleh karena itu, sistem pengawas keuangan terdiri dari beberapa lapis. Lapis pertama, yang ada di dalam internal organisasi. Itu yang disebut aparat internal, pengendalian internal, di dalam organisasi, namanya biasanya irjen," jelasnya.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut mengakui, tak semua orang suka diawasi. Semakin besar jabatan seseorang dalam suatu institusi, maka keinginan untuk diawasi pun semakin rendah. Hal ini pun menjadi tantangan berat dalam pemerintahan Indonesia.

"Saya akui di RI tantangan berat, karena kita pada dasarnya manusia. Tidak hanya manusia Indonesia, bule dari arab, India semua manusia itu enggak suka diawasi. Namanya manusia bangsa apa pun, dia enggak suka diawasi. Bukan masalah apa-apa, instingnya suka kita bebas," tandas Sri Mulyani.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sri Mulyani Ingatkan Para Camat Bikin Program dan Tak Korupsi

Sebelumnya, pemerintah pusat hingga saat ini tercatat telah melakukan transfer ke daerah sebesar Rp 826,8 triliun. Sebesar Rp 756,8 triliun di antaranya untuk dana daerah, sementara sisanya Rp 70 triliun untuk dana desa.

Dengan besarnya dana tersebut, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menegaskan agar para kepala daerah mulai dari gubernur, bupati, hingga lurah yang mendapat mandat mengggunakan dengan sebaik-baiknya tanpa ada upaya korupsi maupun penyalahgunaan. Selain itu, dana tersebut harus mampu meningkatkan kinerja pemerintahan di daerah. 

"Saya itu yang penting anggaran dialokasikan berdasarkan kinerja. Saya paling benci kalau anggaran dikorupsi, saya sangat tidak suka, karena itu kejahatan yang paling tinggi," kata dia dalam acara Rapat Koordinasi Nasional Camat, di Jakarta, Rabu (20/3/2019).

Dia menegaskan, pejabat daerah harus memiliki program dan perencanaan yang jelas agar realisasi dan serapan anggaran tersebut bisa dilakukan dengan cepat dan tepat.

"Saya sangat tidak suka jika ada alokasi anggaran yang masuk, tapi tidak ada hasil, misalnya bikin jalan ngaco, tidak bisa buat program yang baik untuk rakyat, saya benci sekali itu," ujar Sri Mulyani.

"Oleh karena itu, saya harap camat yang duduk di sini yang bisa membuat kelurahan Indonesia luar biasa baik," dia menambahkan.

Dia juga berpesan agar para camat dapat memiliki peranan dan terjun langsung berhadapan dengan rakyat.

"Juga bisa menjadi pembina, bukan hanya sekadar mengawasi, sehingga keseluruhan jahitan sistem kenegaraan bisa secara rapi dan efektif jalan hingga level paling bawah. Tolong jangan hanya mikirin duit, kita hidup punya tujuan yang besar dari sekadar duit," ucapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.