Liputan6.com, Jakarta: Satu lagi tokoh besar Indonesia berpulang ke Yang Maha Kuasa. Negarawan sekaligus politikus senior, Roeslan Abdulgani meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat TNI Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Rabu (29/6), sekitar pukul 10.20 WIB. Mantan Menteri Luar Negeri era Presiden Soekarno ini menutup mata di usia 91 tahun. Saat ini, jenazah disemayamkan di rumah duka di Jalan Diponegoro 11, Menteng, Jakpus. Rencananya, Kamis ini jasad almarhum dimakamkan di Taman Makam Pahlaman Kalibata, Jakarta Selatan.
Rabu siang, Presiden Susilo Bambang Yudoyono beserta Ibu Negara hadir di rumah duka untuk memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum. Kepada sejumlah wartawan, SBY mengatakan, Cak Roes adalah tokoh yang terkenal kritis "Saya mengenal beliau (Roeslan) cukup dekat," ucap Presiden.
Selain SBY, beberapa pejabat dan tokoh Orde Baru juga melayat, termasuk mantan Presiden Soeharto. Bekas orang nomor satu di republik ini memang dikenal dekat dengan mendiang Cak Roes. Soeharto melayat didampingi putri sulungnya, Siti Hardiyanti Hastuti alias Mbak Tutut.
Pejuang kemerdekaan yang akrab disapa Cak Roes ini dirawat sejak Jumat dua pekan silam dengan keluhan sesak napas dan penurunan kesadaran. Atas perintah Presiden Yudhoyono, kelahiran Surabaya, Jawa Timur, 24 November 1914 itu dirawat tim dokter kepresidenan [baca: Jusuf Kalla Menjenguk Roeslan Abdulgani]. Namun, kondisinya terus menurun hingga akhirnya wafat. Cak Roes meninggalkan seorang istri, lima anak, sepuluh cucu, dan enam cicit.
Semasa hidup, Cak Roes yang menyandang gelar Jenderal TNI Kehormatan Bintang Empat ini adalah tokoh yang banyak berjasa bagi bangsa. Selain sebagai salah satu pelaku sejarah pada empat zaman, almarhum pernah menduduki berbagai jabatan penting. Antara lain sebagai Menteri Luar Negeri (1956-1957), Sekretaris Jenderal Konferensi Asia Afrika 1955, Menteri Penerangan (1962-1966), dan Wakil Perdana Menteri (1966-1967).
Era Orde Lama berganti, namun Roeslan masih dipercaya menduduki sejumlah jabatan penting. Di antaranya, Duta Besar RI di Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York, Amerika Serikat (1967-1971) dan menjabat Ketua Tim Penasihat Presiden mengenai Pancasila sejak 1978.
Saat reformasi bergulir di Tanah Air, pengarang buku Nationalism, Revolution and Guided Democracy in Indonesia pun tetap mencurahkan pikiran bagi bangsanya. Salah satu bukti adalah ketika Cak Roes mengkritik program 100 hari yang dilancarkan Presiden SBY. Ketika itu, Cak Roes berpendapat, kondisi negara tidak akan berubah hanya dalam seratus hari. Ia menganggap, program 100 hari itu adalah sikap yang terlalu percaya diri. "Kennedy [mendiang Presiden Amerika Serikat] saja a thousand day, nah ini kenapa a hundred day?," ujar Cak Roes yang lulusan Barnard College, New York, AS [baca: Roeslan Abdulgani: Kenapa a Hundred Day?].
Namun di lain kesempatan, Cak Roes sempat meminta SBY tak terlalu mengkhawatirkan berbagai kritik yang dilontarkan mengenai program 100 hari pemerintahannya. "Itu sudah normal asal saudara [SBY] jujur, asal saudara betul," pesan anggota Dewan Tanda Kehormatan Republik Indonesia ini. Cak Roes yang lama menjabat sebagai Ketua Tim Penasihat Presiden mengenai Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila juga meminta SBY meneruskan langkah-langkahnya sebab dinilai berada di jalur yang benar [baca: Sempat Dirawat di RSPAD, Roeslan Diizinkan Pulang].
Di tempat terpisah, sejumlah pejabat memberi penghormatan terakhir pada politisi Golongan Karya dan mantan Duta Besar Indonesia untuk Kanada, Eki Syachrudin di rumah duka di kawasan Slipi, Jakarta Barat. Presiden dan Wakil Presiden Jusuf Kalla melayat ke rumah duka. Sebelum dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Karet Bivak, Jaksel, sejumlah kerabat dan rekan-rekan almarhum yang pernah menjadi anggota DPR RI juga menyampaikan dukacita. Mereka yang datang antara lain Hamzah Haz, A.M. Fatwa, Fahmi Idris serta sejumlah fungsionaris Partai Golkar.
Eki Syachrudin meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Internasional, Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa, sekitar pukul 17.41 WIB. Dia sempat dirawat selama enam hari karena penyakit jantung [baca: Eki Syachrudin Meninggal Dunia].
Sementara itu, beberapa pejabat dan mantan pejabat melayat Saleh Afiff, Menteri Koordinator Bidang Ekonomi dan Keuangan 1993-1998 di rumah duka di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, siang ini. Tampak hadir antara lain Menteri Perdagangan Mari Pangestu dan Menteri Keuangan Jusuf Anwar. Jenazah akan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jaksel, sekitar pukul 14.00 WIB ini dengan upacara kenegaraan.
Saleh Afiff wafat, Selasa, sekitar pukul 20.00 WIB. Lelaki kelahiran Cirebon, Jawa Barat, 31 Oktober 1930, ini sempat koma beberapa jam sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhir. Almarhum berpulang di usia 75 tahun [baca: Saleh Afiff Tutup Usia].(TNA/Tim Liputan 6 SCTV)
Rabu siang, Presiden Susilo Bambang Yudoyono beserta Ibu Negara hadir di rumah duka untuk memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum. Kepada sejumlah wartawan, SBY mengatakan, Cak Roes adalah tokoh yang terkenal kritis "Saya mengenal beliau (Roeslan) cukup dekat," ucap Presiden.
Selain SBY, beberapa pejabat dan tokoh Orde Baru juga melayat, termasuk mantan Presiden Soeharto. Bekas orang nomor satu di republik ini memang dikenal dekat dengan mendiang Cak Roes. Soeharto melayat didampingi putri sulungnya, Siti Hardiyanti Hastuti alias Mbak Tutut.
Pejuang kemerdekaan yang akrab disapa Cak Roes ini dirawat sejak Jumat dua pekan silam dengan keluhan sesak napas dan penurunan kesadaran. Atas perintah Presiden Yudhoyono, kelahiran Surabaya, Jawa Timur, 24 November 1914 itu dirawat tim dokter kepresidenan [baca: Jusuf Kalla Menjenguk Roeslan Abdulgani]. Namun, kondisinya terus menurun hingga akhirnya wafat. Cak Roes meninggalkan seorang istri, lima anak, sepuluh cucu, dan enam cicit.
Semasa hidup, Cak Roes yang menyandang gelar Jenderal TNI Kehormatan Bintang Empat ini adalah tokoh yang banyak berjasa bagi bangsa. Selain sebagai salah satu pelaku sejarah pada empat zaman, almarhum pernah menduduki berbagai jabatan penting. Antara lain sebagai Menteri Luar Negeri (1956-1957), Sekretaris Jenderal Konferensi Asia Afrika 1955, Menteri Penerangan (1962-1966), dan Wakil Perdana Menteri (1966-1967).
Era Orde Lama berganti, namun Roeslan masih dipercaya menduduki sejumlah jabatan penting. Di antaranya, Duta Besar RI di Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York, Amerika Serikat (1967-1971) dan menjabat Ketua Tim Penasihat Presiden mengenai Pancasila sejak 1978.
Saat reformasi bergulir di Tanah Air, pengarang buku Nationalism, Revolution and Guided Democracy in Indonesia pun tetap mencurahkan pikiran bagi bangsanya. Salah satu bukti adalah ketika Cak Roes mengkritik program 100 hari yang dilancarkan Presiden SBY. Ketika itu, Cak Roes berpendapat, kondisi negara tidak akan berubah hanya dalam seratus hari. Ia menganggap, program 100 hari itu adalah sikap yang terlalu percaya diri. "Kennedy [mendiang Presiden Amerika Serikat] saja a thousand day, nah ini kenapa a hundred day?," ujar Cak Roes yang lulusan Barnard College, New York, AS [baca: Roeslan Abdulgani: Kenapa a Hundred Day?].
Namun di lain kesempatan, Cak Roes sempat meminta SBY tak terlalu mengkhawatirkan berbagai kritik yang dilontarkan mengenai program 100 hari pemerintahannya. "Itu sudah normal asal saudara [SBY] jujur, asal saudara betul," pesan anggota Dewan Tanda Kehormatan Republik Indonesia ini. Cak Roes yang lama menjabat sebagai Ketua Tim Penasihat Presiden mengenai Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila juga meminta SBY meneruskan langkah-langkahnya sebab dinilai berada di jalur yang benar [baca: Sempat Dirawat di RSPAD, Roeslan Diizinkan Pulang].
Di tempat terpisah, sejumlah pejabat memberi penghormatan terakhir pada politisi Golongan Karya dan mantan Duta Besar Indonesia untuk Kanada, Eki Syachrudin di rumah duka di kawasan Slipi, Jakarta Barat. Presiden dan Wakil Presiden Jusuf Kalla melayat ke rumah duka. Sebelum dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Karet Bivak, Jaksel, sejumlah kerabat dan rekan-rekan almarhum yang pernah menjadi anggota DPR RI juga menyampaikan dukacita. Mereka yang datang antara lain Hamzah Haz, A.M. Fatwa, Fahmi Idris serta sejumlah fungsionaris Partai Golkar.
Eki Syachrudin meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Internasional, Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa, sekitar pukul 17.41 WIB. Dia sempat dirawat selama enam hari karena penyakit jantung [baca: Eki Syachrudin Meninggal Dunia].
Sementara itu, beberapa pejabat dan mantan pejabat melayat Saleh Afiff, Menteri Koordinator Bidang Ekonomi dan Keuangan 1993-1998 di rumah duka di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, siang ini. Tampak hadir antara lain Menteri Perdagangan Mari Pangestu dan Menteri Keuangan Jusuf Anwar. Jenazah akan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jaksel, sekitar pukul 14.00 WIB ini dengan upacara kenegaraan.
Saleh Afiff wafat, Selasa, sekitar pukul 20.00 WIB. Lelaki kelahiran Cirebon, Jawa Barat, 31 Oktober 1930, ini sempat koma beberapa jam sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhir. Almarhum berpulang di usia 75 tahun [baca: Saleh Afiff Tutup Usia].(TNA/Tim Liputan 6 SCTV)