Sukses

Dari Budaya Menjadi Rupiah

Chan Umar menjadi bukti bahwa sejarah seni ukir pernah tumbuh dan berkembang di bumi Sumbar. Elma Yulnita sukses meraup rupiah setelah beralih profesi dari pengajar menjadi perajin tenun songket.

Liputan6.com, Bukittinggi: Sumatra Barat tidak hanya terkenal dengan keindahan alam. Daerah tersebut juga tersohor dengan kekayaan budaya. Satu di antaranya adalah seni ukir yang berpusat di Nagari Pandai Sikek, Padang Panjang, 20 kilometer dari Bukittinggi, Sumbar. Di daerah tersebut terdapat sebuah kios sederhana milik Chan Umar yang bisa menjadi bukti bahwa seni ukir pernah tumbuh dan berkembang di Sumbar.

Chan membuka usahanya dengan dibantu oleh 12 orang karyawan. Ide ukiran sebagian besar berasal dari Chan. Para karyawan dipekerjakan untuk mendukung produksi mulai dari proses pemotongan kayu surian atau suren sebagai bahan baku utama, hingga tahap pengukiran dan pewarnaan. Mereka bekerja dengan teliti. Keunggulan produk yang dihasilkan Chan berasal dari kecermatannya menorehkan motif dan menentukan warna. Tidak heran jika ukiran ala Chan terkenal hingga ke mancanegara. "Bule itu kira-kira 10 persen [konsumen] dari produk saya," kata Chan. Para turis biasanya memilih ukiran kayu berukuran kecil sebagai suvenir.

Chan Umar telah mempelajari seluk beluk teknik ukiran sejak 30 tahun silam. Gurunya adalah tokoh ukir yang biasa dipanggil Pak Tuo. Berkat kesungguhannya itu, Chan kini termasuk salah seorang perajin yang disegani. Untuk menjaga agar seni ukir tidak punah, Chan menularkan keterampilan ukirnya kepada kaum muda.

Selain ukiran kayu, daerah Nagari Pandai Singkek juga terkenal dengan kerajinan tenun songket. Pangsa pasar produk itu terutama berasal dari kalangan menengah ke atas. Konsumen tenun songket kian hari kian meningkat. Melihat gejala seperti itu, Emma Yulnita tidak membuang kesempatan. Elma yang semula berprofesi sebagai pengajar, banting setir menjadi perajin tenun songket.

Usahanya dimulai pada 1986 dengan modal Rp 150 ribu. Saat itu, dia masih memproduksi barang-barang seadanya, seperti tempat lipstik, dompet, dan rumah adat Minang. Usahanya kemudian mencuat setelah empat tahunan menggeluti bisnis kerajinan. "Di tahun `90-an ada rezeki dikit, kebetulan ada tender dari Hotel Pusako sampe `96," tutur Elma.

Ketekunannya menggeluti bisnis tenun songket mendatangkan berkah. Dia kini menjadi perajin yang terbilang sukses. Pengusaha yang mengaku hafal 20 motif dari 200 motif tenun ini belakangan juga memproduksi barang sesuai pesanan dengan berbagai modifikasi. Produk Elma tidak sekadar menjadi koleksi atau hiasan di dalam rumah. Kini konsumen dengan bangga menggunakan produk itu pada acara-acara resmi.(YAN/Tim Liputan 6 SCTV)

Seni Kerajinan Ukir dan Tenun Songket Pandai Sikek
Ibu Erma Yulnita
Sumatra Barat
Telepon: (0752) 498191-498327

Ibu Susmala
Padang Panjang 27151
Sumatra Barat
Telepon: (0752) 498193
email; pusako@telkom.net