Sukses

Pemerintah Akan Membangun Pasar Darurat di Aceh

Sebanyak 240 pasar darurat akan dibangun di Aceh dan Sumut secara bertahap dalam waktu tiga bulan. Departemen Perdagangan menganggarkan Rp 8 miliar dari APBN untuk pembangunan pasar darurat.

Liputan6.com, Jakarta: Pemerintah akan membangun 240 unit pasar darurat di Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Pembangunan ini dilakukan secara bertahap dalam waktu tiga bulan ke depan untuk mempercepat distribusi dan pasokan bahan pangan di dua provinsi tersebut. Demikian diungkapkan Menteri Perdagangan Mari Pangestu di Jakarta, baru-baru ini.

Departemen Perdagangan menganggarkan dana Rp 8 miliar untuk pembangunan pasar darurat ini. Dana ini diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2005. Selain di Aceh, dana Rp 2 miliar juga dianggarkan untuk pembangunan pasar di daerah bencana lainnya, seperti di Alor, Nusatenggara Timur dan Nabire, Papua.

Untuk menghidupkan kembali ekonomi di Aceh yang porak-poranda, pemerintah juga akan bekerja sama dengan sejumlah lembaga perbankan. Diharapkan, pihak perbankan dapat memberikan modal usaha bagi para korban Tsunami. Saat ini, sudah ada komitmen dari sejumlah bank untuk membantu korban Tsunami dengan menyediakan modal dagang melalui sistem bagi hasil atau penitipan modal.

Sementara itu, PT Perusahaan Listrik Negara sudah menyediakan empat unit mesin diesel untuk mengantisipasi pasokan listrik di Aceh. Sedangkan sebanyak tiga unit mesin lainnya sedang dipersiapkan dalam waktu dekat. Untuk mempercepat proses pemulihan sistem kelistrikan, PLN telah mengirimkan 108 teknisi ke lokasi bencana secara bergelombang.

Menurut Direktur Utama PLN Eddie Widiono, saat ini telah tersedia 100 unit genset kecil untuk membantu penerangan masyarakat Aceh. PLN sendiri masih berupaya memperbaiki kerusakan jaringan listrik di daerah Pantai Barat Aceh. Sementara listrik di Kota Banda Aceh baru pulih 35 persen, namun Lhokseumawe dan Takengon telah pulih 90 persen. Sedangkan di Sigli aliran listrik telah pulih 80 persen [baca: Aliran Listrik di Banda Aceh Segera Dipulihkan].

Tsunami juga menyebabkan kerusakan jaringan komunikasi di hampir seluruh wilayah bencana. Jalur komunikasi yang terputus ini membuat upaya penyelamatan dan pengiriman bantuan terganggu. Kini, telepon satelit menjadi satu-satunya alternatif alat komunikasi. Alat komunikasi ini dapat menjangkau wilayah pedalaman tanpa memerlukan stasiun relai.

Kondisi ini memicu kenaikan permintaan telepon satelit tiga kali lipat dalam beberapa hari terakhir. Sebuah perusahaan penyedia layanan telepon satelit di Jakarta mengakui, dalam empat hari terakhir, permintaan telepon satelit meningkat tajam sampai 350 persen. Padahal, harga satu paket telepon satelit cukup mahal, yakni antara Rp 5,6 juta sampai Rp 6 juta.

Menurut General Manager PT Pasifik Nusantara, Sandra R. Roy, para pembeli telepon satelit kebanyakan adalah keluarga korban bencana Tsunami, instansi, dan relawan, yang akan berangkat ke Aceh dan Sumut. Kendati mengalami peningkatan omzet, pihak operator dalam beberapa hari ke depan akan menyediakan fasilitas percakapan gratis untuk para korban bencana.(OZI/Tim Liputan 6 SCTV)