Liputan6.com, Selangor: Aksi menentang klaim Malaysia atas perairan Ambalat meluas. Protes tak hanya datang dari dalam negeri. Para tenaga kerja Indonesia (TKI) ilegal yang saat ini bersembunyi di hutan Selongor, Malaysia, juga menyatakan kesiapannya untuk berjuang mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Saat ditemui SCTV di pedalaman hutan Selangor, baru-baru ini, para pekerja ilegal ini mengaku siap membela Tanah Air. Semangat nasionalisme untuk membela kedaulatan bangsa tumbuh di dada sekitar 500 TKI ilegal itu. Dengan semangat, mereka mengumandangkan lagu Indonesia Raya di keheningan malam.
Para pekerja gelap ini memang tengah bersembunyi menghindari kejaran Pasukan Rela Malaysia menyusul habisnya masa amnesti. Namun, mereka merasa terpanggil untuk turut berjuang mempertahankan kedaulatan bangsa. Mereka tak rela perairan Ambalat dicaplok Malaysia. "Walaupun saya orang susah, orang miskin, masih terbelakang, tapi marwah harus kita jaga," ujar Louis, salah seorang TKI ilegal.
Semangat serupa menggelora di Makassar, Sulawesi Selatan. Ratusan calon relawan kembali mendatangi Pos Koordinasi Front Makassar Gempur Malaysia. Sampai hari ini, lebih dari 5.000 relawan dari berbagai lapisan masyarakat telah mendaftar sebagai relawan. Tak sedikit pula relawan dari pensiunan tentara dan polisi [baca: Ratusan Warga Makassar Relawan Gempur Malaysia].
Di Solo, Jawa Tengah, Gerakan Anti-arogansi Masyarakat Surakarta mendirikan posko penggalangan relawan Gasak Malaysia. Pos pendaftaran yang dibuka Senin kemarin itu telah menerima 117 relawan dan 11 dokter yang siap dilatih untuk menjadi relawan. Menurut rencana, para relawan mulai berlatih Selasa malam ini.
Sedangkan di Jawa Barat, para relawan yang baru saja usai mengevakuasi korban longsor di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Cimahi, menyatakan kesiapannya untuk menjadi relawan membantu TNI. Meski belum ada posko pendaftaran, mereka siap berjuang membela kedaulatan Tanah Air bila Malaysia tetap mengklaim perairan Ambalat.
Gelombang unjuk rasa juga terjadi di Ibu Kota. Siang ini, ratusan simpatisan Partai Persatuan Pembangunan berunjuk rasa di depan Kedutaan Besar Malaysia di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Mereka menuntut pemerintah Malaysia segera mencabut klaimnya atas blok Ambalat. Dalam aksinya, pengunjuk rasa mengusung keranda jenazah sebagai simbol kesiapan bangsa Indonesia merebut blok Ambalat sampai mati.
Pada waktu bersamaan, sekelompok massa yang menamakan diri Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI) berunjuk rasa. Mereka menuntut Malaysia tak semena-mena mencaplok kedaulatan wilayah negara lain. Hingga berita ini dibuat, aksi di depan Kedubes Malaysia masih berlangsung.
Mencuatnya masalah perbatasan Indonesia-Malaysia di blok Ambalat juga ditanggapi beragam oleh warga Malaysia. Sebagian warga Negeri Jiran berharap kasus ini diselesaikan secara damai melalui perundingan. Mereka berharap kedua belah pihak bisa menyelesaikan masalah tersebut dengan cepat secara diplomatik tanpa ada konflik.(TOZ/Tim Liputan 6 SCTV)
Saat ditemui SCTV di pedalaman hutan Selangor, baru-baru ini, para pekerja ilegal ini mengaku siap membela Tanah Air. Semangat nasionalisme untuk membela kedaulatan bangsa tumbuh di dada sekitar 500 TKI ilegal itu. Dengan semangat, mereka mengumandangkan lagu Indonesia Raya di keheningan malam.
Para pekerja gelap ini memang tengah bersembunyi menghindari kejaran Pasukan Rela Malaysia menyusul habisnya masa amnesti. Namun, mereka merasa terpanggil untuk turut berjuang mempertahankan kedaulatan bangsa. Mereka tak rela perairan Ambalat dicaplok Malaysia. "Walaupun saya orang susah, orang miskin, masih terbelakang, tapi marwah harus kita jaga," ujar Louis, salah seorang TKI ilegal.
Semangat serupa menggelora di Makassar, Sulawesi Selatan. Ratusan calon relawan kembali mendatangi Pos Koordinasi Front Makassar Gempur Malaysia. Sampai hari ini, lebih dari 5.000 relawan dari berbagai lapisan masyarakat telah mendaftar sebagai relawan. Tak sedikit pula relawan dari pensiunan tentara dan polisi [baca: Ratusan Warga Makassar Relawan Gempur Malaysia].
Di Solo, Jawa Tengah, Gerakan Anti-arogansi Masyarakat Surakarta mendirikan posko penggalangan relawan Gasak Malaysia. Pos pendaftaran yang dibuka Senin kemarin itu telah menerima 117 relawan dan 11 dokter yang siap dilatih untuk menjadi relawan. Menurut rencana, para relawan mulai berlatih Selasa malam ini.
Sedangkan di Jawa Barat, para relawan yang baru saja usai mengevakuasi korban longsor di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Cimahi, menyatakan kesiapannya untuk menjadi relawan membantu TNI. Meski belum ada posko pendaftaran, mereka siap berjuang membela kedaulatan Tanah Air bila Malaysia tetap mengklaim perairan Ambalat.
Gelombang unjuk rasa juga terjadi di Ibu Kota. Siang ini, ratusan simpatisan Partai Persatuan Pembangunan berunjuk rasa di depan Kedutaan Besar Malaysia di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Mereka menuntut pemerintah Malaysia segera mencabut klaimnya atas blok Ambalat. Dalam aksinya, pengunjuk rasa mengusung keranda jenazah sebagai simbol kesiapan bangsa Indonesia merebut blok Ambalat sampai mati.
Pada waktu bersamaan, sekelompok massa yang menamakan diri Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI) berunjuk rasa. Mereka menuntut Malaysia tak semena-mena mencaplok kedaulatan wilayah negara lain. Hingga berita ini dibuat, aksi di depan Kedubes Malaysia masih berlangsung.
Mencuatnya masalah perbatasan Indonesia-Malaysia di blok Ambalat juga ditanggapi beragam oleh warga Malaysia. Sebagian warga Negeri Jiran berharap kasus ini diselesaikan secara damai melalui perundingan. Mereka berharap kedua belah pihak bisa menyelesaikan masalah tersebut dengan cepat secara diplomatik tanpa ada konflik.(TOZ/Tim Liputan 6 SCTV)