Sukses

Proses Terjadinya Hujan dan Bentuknya, Anak Geografi Wajib Tahu

Proses terjadinya hujan melalui beberapa tahap.

Liputan6.com, Jakarta Negara tropis seperti Indonesia hanya memiliki dua musim, musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasa terjadi pada April hingga September dan musim hujan terjadi pada Oktober hingga Maret.

Saat musim hujan tiba, hujan dapat turun setiap saat. Hujan merupakan salah satu dari Siklus hidrologi yang merupakan suatu siklus perputaran air dari bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi dan berlangsung secara terus menerus.

Ternyata hujan dapat terjadi setelah melalui proses-proses tertentu. Proses terjadinya hujan melalui beberapa tahap. Ada tiga tahapan utama proses terjadinya hujan yaitu evaporasi,kondensasi,dan presipitasi.

Berikut penjelasan dari proses terjadinya hujan yang berhasil liputan6 rangkum, Kamis (17/1/2019):

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Proses terjadinya hujan

1. Penguapan (evaporasi)

Proses terjadinya hujan yang pertama adalah evaporasi. Energi panas yang dimiliki oleh matahari membuat air yang berada di laut, sungai,danau, dan sumber air dipermukaan bumi lainnya mengalami proses evaporasi atau yang biasa dikenal dengan penguapan.

Evaporasi merupakan proses perubahan air yang berwujud cair menjadi gas sehingga air berubah menjadi uap-uap air dan memungkinkanya untuk naik ke atmosfer bumi.

Semakin tinggi panas matahari jumlah air yang menjadi uap air dan naik ke atmosfer bumi juga akan semakin besar.

2. Kondensasi (pengembunan)

Uap-uap air yang naik pada ketinggian tertentu akan mengalami proses kondensasi atau pengembunan. Proses kondensasi terjadi dimana uap air tersebut berubah menjadi partikel-partikel es berukuran sangat kecil.

Perubahan wujud uap air menjadi es tersebut terjadi karena pengaruh suhu udara yang sangat rendah di titik ketinggian tersebut. Partikel-partikel es yang terbentuk akan saling mendekati dan bersatu satu sama lain sehingga membentuk awan.

Semakin banyak partikel yang bergabung, awan yang terbentuk juga akan semakin tebal dan hitam. Proses bergabungnya es atau tetes-tetes air menjadi awan ini disebut dengan koalensi.

Pada tahapan ini, es atau tetes air memiliki ukuran jari-jari sekitar 5-20 mm. Dalam ukuran ini tetesan air akan jatuh dengan kecepatan 0,01-5 cm/detik sedangkan kecepatan aliran udara ke atas jauh lebih tinggi sehingga tetes air tersebut tidak akan jatuh ke bumi.

3. Presipitasi

Presipitasi merupakan proses terjadinya hujan yang terakhir. Proses prespitasi adalah proses mencairnya awan akibat pengaruh suhu udara yang tinggi. Pada proses inilah hujan terjadi. Butiran-butiran air jatuh dan membasahi permukaan bumi.

Awan-awan yang terbentuk kemudian tertiup oleh angin dan mengalami perpindahan dari satu tempat ketempat lainnya. Proses ini disebut adveksi.

Adveksi adalah proses perpindahan awan dari satu titik ke titik lain dalam satu garis horizontal akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara.

Adveksi memungkinkan awan akan menyebar dan berpindah dari atmosfer lautan menuju atmosfer daratan.Awan-awan yang terbawa angin ini akan semakin besar ukurannya karena terus menyatu dengan awan lainnya.

Butir-butir es yang ada pada awan akan tertarik oleh gaya gravitasi bumi hingga akhirnya jatuh ke permukaan bumi. Ketika jatuh butiran-butiran es ini akan melalui lapisan udara yang lebih hangat di dalamnya sehingga merubah butiran es tersebut menjadi butiran air.

Hangatnya lapisan udara membuat butiran air tersebut sebagian menguap kembali keatas dan sebagian lainnya terus turun kepermukaan bumi. Butiran air yang turun ke bumi inilah disebut sebagai hujan.

Apabila suhu udara di sekitar awan terlalu rendah hingga berkisar minus 0 derajat Celcius, presipitasi memungkinkan terjadinya hujan salju. Awan yang mengandung banyak air akan turun ke litosfer dalam bentuk butiran salju tipis seperti yang dapat kita temui di daerah beriklim sub tropis.

3 dari 3 halaman

Bentuk-bentuk Hujan

Setelah mengetahui proses terjadinya hujan, yang perlu diketahui selanjutnya adalah bentuk-bentuk dari hujan itu sendiri. Bentuk-bentuk hujan dapat tergantung pada proses terjadinya hujan itu sendiri. Berdasarkan jenis dan ukuran partikelnya, hujan dibedakan menjadi 5 bentuk. Bentuk-bentuk hujan tersebut antara lain:

1. Hujan Gerimis

Hujan gerimis atau juga dapat disebut rintik-rintik hujan adalah hujan yang menjatuhkan partikel air dengan butiran berukuran diameter < 0,5 mm. Hujan rintik-rintik merupakan hujan yang hanya menurunkan rintik-rintik air dari langit yang tidak terlalu deras.

Hujan rintik-rintik ini biasanya hanya terjadi pada awan yang memiliki lapisan rendah dan dekat dengan permukaan bumi.

2. Hujan deras

Hujan deras adalah hujan yang menjatuhkan partikel air dengan butiran berukuran diameter >7,0 mm. Tetes-tetes pada hujan deras umumnya dihasilkan dari awan-awan yang tebalnya beberapa kilometer dan jatuhan hujan tertinggi (lebat) dihasilkan dari awan-awan jenis Cumulus yang tingginya bisa mencapai 10 kilometer atau lebih dengan arus udara naik yang kuat di dalamnya.

3. Hujan Salju

Hujan Salju adalah hujan yang menjatuhkan kristal-kristal es dengan suhu di bawah 0 Celcius. Sebagian besar dari kristal es ini bercabang yang kadang-kadang berbentuk seperti bintang.

Kristal-kristal es ini disebut keping salju. Kristal-kristal es juga bisa berbentuk seperti jarum, butiran atau lempengan dan disebut sebagai prisma-prisma es.

4. Hujan Es

Hujan es atau biasa disebut juga hujan batu merupakan hujan berupa butiran es. Hujan es sendiri terjadi karena arus udara yang sangat banyak mengandung uap air yang akan bergerak secara vertikal lalu akan mencapai ketinggian udara yang tinggi. Hujan es biasanya diikuti oleh hujan yang sangat lebat dan terjadi pada siang hari.

5. Hujan asam

Hujan asam adalah hujan yang menjatuhkan partikel air dengan tingkat keasaman tinggi. biasanya air hujan ini mengandung senyawa NO3 atau H2S.

Hujan asam disebabkan oleh pencemaran udara yang berasal dari asap atau pemanasan global yang menyebabkan tumbulnya endapan asam yang sangat tinggi. Karena tingkat keasamannya, hujan ini dapat merusak lingkungan.

 

Reporter: Anugerah Ayu Sendari

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.