Liputan6.com, Jakarta Tepat pada hari ini, Senin (2/4/2018), seluruh masyarakat dari berbagai belahan dunia memperingati World Autism Awareness Day. Momen yang tepat untuk meningkatkan kesadaran, memberi perhatian, dan mencurahkan kasih sayang kepada teman maupun saudara kita dengan autisme atau autis.
Seorang dokter anak asal Amerika Serikat, dr. Harvey Karp yang juga menulis buku The Happiest Baby, mengungkap pemicu autisme yang kerap tidak disadari banyak orang, yaitu paparan zat kimia yang berlebihan.
Baca Juga
Terlepas dari apa pun penyebab gejala autis, orangtua harus ekstra hati-hati dan setia mengawasi perkembangan si Kecil. Secara global, jumlah kasus autisme terus meningkat dengan signifikan.
Advertisement
Statistik menunjukkan, satu dari lima puluh anak didiagnosis autisme sebelum usia delapan tahun. Bahkan, menurut American Academy of Pediatrics, gejala dini autisme sudah bisa diketahui sejak usia 18 bulan.
Menurut dr. Karin Wiradarma, autisme merupakan suatu kelompok kelainan pada anak yang terdiri dari gangguan interaksi sosial, kesulitan dalam komunikasi verbal dan nonverbal, perilaku repetitif, dan ketertarikan terhadap hal-hal tertentu yang tidak lazim, seperti dikutip dari laman KlikDokter, Senin (2/4/2018).
Penyebab autisme hingga kini masih abu-abu. Para ahli terus mengupayakan berbagai penelitian untuk menemukan berbagai risiko yang mendasari autisme. Meski demikian, para pakar telah menyimpulkan beberapa hal yang diduga menjadi penyebab autisme.
1. Kelainan genetik dan kromosom.
2. Infeksi rubela (campak jerman) selama kehamilan.
3. Usia ibu saat hamil di atas 40 tahun.
Â
Simak juga video menarik berikut:Â
Â
Â
Â
Mengenal gejala autisme sejak dini
Waspada itu perlu. Orangtua sebaiknya juga perlu mencari tahu lebih dalam soal autisme. Berikut tanda-tanda anak yang menderita autisme, menurut American Academy of Pediatrics. Apa saja?Â
1. Si Kecil tidak menoleh ketika dipanggil namanya.
2. Si Kecil tidak menoleh ketika Bunda dan Ayah memintanya untuk melihat ke arah suatu benda yang menarik.
3. Si Kecil jarang mengoceh atau belum mengoceh setelah usia 12 bulan.
4. Si Kecil tidak pernah menunjuk ke arah suatu benda setelah usia 12 bulan.
5. Si Kecil terlambat tersenyum.
6. Si Kecil belum mengucapkan sepatah katapun setelah usia 16 bulan.
7. Si Kecil belum dapat menyusun dua kata setelah usia 24 bulan.
8. Si Kecil tidak suka menjalin kontak mata dengan orang lain.
9. Si Kecil suka benda keras secara berlebihan macam pulpen senter, kunci–ketimbang yang lembut: boneka, selimut, dan bantal.
10. Si Kecil tampak kurang tertarik dengan interaksi sosial, baik dengan teman sebaya, maupun orang dewasa.
Apabila orang tua merasa ada kejanggalan atau tanda-tanda tersebut pada sang Buah Hati, jangan sungkan untuk segera membawanya kepada dokter anak untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
Advertisement