Sukses

Ribuan Petani Teh Pagilaran Menyerbu Kampus UGM

Mereka menuntut agar Fakultas Pertanian UGM melalui PT Pagilaran mengembalikan lahan garapan seluas 800 hektare. Pengunjuk rasa menjebol pintu masuk kampus dan mendekati Ruang Rektorat.

Liputan6.com, Yogyakarta: Lebih dari 1.000 petani teh asal Pagilaran, Batang, Jawa Tengah, mendatangi Kampus Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta, Rabu (26/2). Mereka mempertanyakan sekitar 800 hektare perkebunan teh di Pagilaran yang dikuasai Yayasan Pembina Fakultas Pertanian UGM melalui PT Pagilaran sejak 1964. Petani menuntut supaya UGM mengembalikan lahan garapan mereka seperti dulu.

Diduga karena terprovokasi pihak luar, aksi ini nyaris diwarnai tindakan anarkis. Kerusuhan dipicu kekecewaan para petani setelah mendengar pihak UGM membantah keterlibatannya dalam pengelolaan lahan oleh PT Pagilaran. Massa yang kecewa nyaris bertindak anarkis. Bahkan sempat menjebol dua pintu gerbang dan memaksa masuk hingga Ruang Rektorat. Untungnya, aksi brutal petani tak berlanjut setelah pihak Rektorat memberikan penjelasan.

Aksi ribuan petani teh asal Pagilaran ini digelar menyusul penguasaan ratusan hektare perkebunan teh di kawasan tersebut oleh Yayasan Pembina Fakultas Pertanian UGM sejak 1964. Sebelumnya tanah kosong tersebut digarap warga untuk lahan pertanian dan pemukiman. Namun dengan alasan para petani terlibat organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, lahan tersebut kemudian disita pemerintahan Soekarno dan diserahkan pada UGM.

Saat itu, para petani bisa menerima kebijakan tersebut. Bahkan, mereka berharap dengan diubahnya lahan tersebut menjadi perkebunan teh, kesejahteraan warga setempat meningkat. Kenyataan berbicara lain. Kehidupan warga semakin terimpit karena minimnya upah yang mereka terima. Belum lagi masalah jaminan keselamatan kerja dan kesehatan yang tak juga diberikan perusahaan. Pemukiman warga sekitar pun masuk kategori tidak layak. Hal inilah yang memicu warga untuk menuntut pihak UGM agar mengembalikan tanah garapan.(DEN/Wiwiek Susilo)