Sukses

Dialog di Katedral, Tokoh Lintas Agama Ingatkan Pancasila

Yudi Latif mengingatkan, antarumat beragama tidak saling membenci. Kebencian berawal ketidaktahuan antarumat.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah tokoh lintas agama menghadiri dialog kebangsaan di Gereja Katedral, Jakarta Pusat. Pertemuan tersebut mengingatkan agar seluruh umat beragama memegang teguh Pancasila sebagai pedoman berbangsa dan bernegara.

"Sila-sila itu adalah bagian dari ideologi bangsa yang tidak akan jadi apa-apa kalau tidak diterjemahkan menjadi gagasan-gagasan yang konkret," ujar Uskup Agung Romo Ignatius Suharyo saat jumpa pers, Sabtu (6/1/2018).

Suharyo mengatakan, gagasan-gagasan tersebut hendaknya diubah menjadi gerakan yang sifatnya konstruktif.

Acara juga dihadiri Kepala Unit Kerja Presiden (UKP) Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) Yudi Latif. Dia pun mengingatkan agar antar umat tidak saling membenci. Menurutnya kebencian berawal ketidaktahuan antarumat.

"Ketidakkenalan merupakan awal dari kebencian. Jadi yang membuat kita benci itu sering kali ketidakkenalan," ucap Yudi. Ia berharap, acara ini menjadi pertemuan yang bisa merekatkan persaudaraan antarumat.

 

 

2 dari 3 halaman

Peresmian Lambang

Dalam kesempatan ini Gereja Katedral Jakarta juga meresmikan lambang Bunda Maria yang didesain sebagai simbol persatuan.

"Nah untuk itu tahun ini, tahun persatuan, rumusannya amalkan Pancasila kita, bineka kita Indonesia, dan penandanya adalah Bunda Maria, bunda segala suku," tutur Suharyo.

Namun, gambar Bunda Maria dalam lambang persatuan ini mengalami sedikit perubahan dari pakem aslinya.

"Bunda Maria di dadanya ada Garuda Pancasila, di dunia tidak ada, selubungnya merah putih, kemudian di mahkota ada gambar Nusantara," papar Suharyo.

Dia berharap, lambang tersebut dapat menjadi pengingat bagi umat Katolik agar bersungguh-sungguh menjadi warga negara yang baik.

Yudi turut mengapresiasi slogan "amalkan Pancasila, kita Bhinneka, kita Pancasila" yang diusung Gereja Katedral Jakarta tahun ini. Menurutnya, tiap kata mencerminkan keragaman Indonesia.

"Amal itu dari bahasa Arab, diintroduksikan terutama oleh komunitas-komunitas Islam. Pancasila bahasa apa, bahasa Sansekerta utamanya difamiliarisasikan oleh orang-orang Hindu Buddha," papar Yudi.

3 dari 3 halaman

Melepas Burung Merpati

Acara kemudian dilanjutkan dengan menanam pohon sawo kecik yang disebut sebagai pohon persatuan. Sebelum menanam, anak-anak berbusana pakaian adat dari umat Gereja Katedral Jakarta menarikan tari kebangsaan di halaman depan gereja.

Para tokoh lintas agama bergantian menyekop tanah dan menyiram pohon sawo kecik. Setelah itu, setiap tokoh lintas agama memimpin doa sesuai kepercayaannya masing-masing. 

Doa Buddha dipimpin oleh Liem Wira Wijaya, kemudian Khonghucu diwakili oleh Liliany Lontoh, sedangkan Hindu dipimpin oleh Pedanda Panjil Sogata, lalu Ahmad Katsir mewakili umat Islam, dan terakhir umat Kristen Protestan dipimpin oleh perwakilan dari Persatuan Gereja Indonesia.

Terakhir para umat melepas burung merpati yang dianalogikan sebagai lambang perdamaian. Dalam acara ini hadir pula Romo Benny Susetyo.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Â