Sukses

Serunya Lomba 17-an ala Komunitas `Maen Nyok`

Menyambut hari Kemerdekaan Republik Indonesia Komunitas Maen Nyok menggelar acara Play Day edisi 17-an di Taman Cattleya, Jakarta Barat.

Citizen6, Jakarta: Menyambut hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada Sabtu 17 Agustus 2013 kemarin, Komunitas Maen Nyok bersama Tango Waffle menggelar acara Play Day edisi 17-an di Taman Cattleya yang berada di Jalan S Parman, Grogol, Jakarta Barat.

"Sebelumnya pernah digelar juga acara seperti ini di kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) pada moment bulan puasa, dengan tema Ngabuburit Sambil Maen Layangan," jelas Rhesya Agustine, selaku founder Komunitas Maen Nyok.

Rhesya juga mengungkapkan tujuan dari acara Play Day ini, yaitu untuk meningkatkan persaudaraan on line maupun of line. "Sebenarnya anak-anak on line ditarik untuk menjadi of line maksudnya agar mereka bisa lebih dekat dan bisa bersosialisasi secara langsung. Tidak hanya mengenal lewat on line saja, tapi melalui acara ini mereka bisa saling mengenal satu sama lain dan mungkin bisa mengurangi banyak masalah," tambah Rhesya.

Acara yang dimulai sejak pukul 15.00 WIB sampai dengan 17.30 WIB kemarin terlihat cukup ramai dipadati oleh anggota komunitas Play Day. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua begitu antusias mengikuti semua perlombaan yang telah disiapkan oleh pihak panitia. Ada 8 lomba yang telah disiapkan, di antaranya ada lomba makan kerupuk, balap karung, tarik tambang, memindahkan belut, enggrang, gebuk bantal, bakiak, dan sepak bola daster.

Pada kesempatan yang sama hadir pula sejarawan dan budayawan muda, JJ Rizal yang selalu menjadi pembicara rutin dalam setiap acara yang digelar oleh Komunitas Maen Nyok. Bang JJ, begitulah sapaan akrabnya menceritakan sejarah di balik event 17-an serta makna di balik permainan-permainan tersebut.

"Tradisi perlombaan mengisi hari Kemerdekaan Indonesia baru dimulai pada tahun1950-an dari inisiatif masyarakat. Karena pada saat itu masyarakat ingin memeriahkan kemerdekaan yang telah diperjuangkan," ujarnya di depan puluhan peserta Play Day, yang hadir pada Sabtu 17 Agustus 2013.

Ia juga menceritakan, dulu Presiden pertama Indonesia, Soekarno termasuk salah satu orang yang paling bersemangat dengan perlombaan 17-an ini. Bahkan ia menandatangani buku sebagai hadiah perlombaan.

Dijelaskan juga oleh Rizal, tradisi 17-an tidak hanya sekedar kemeriahan saja, tetapi banyak filosofi yang terkandung di setiap permainannya. Permainan enggrang atau jangkungan misalnya. Permainan ini katanya terinspirasi dari kemenangan Jepang atas Rusia waktu perang. Orang Jepang yang memiliki postur tubuh pendek seperti orang Indonesia namun bisa menang melawan Rusia. Ini memberi semangat masyarakat Indonesia untuk bisa mengalahkan Belanda pada saat penjajahan.

Selanjutnya balap karung. Permainan ini mengingatkan susahnya bangsa Indonesia waktu jaman Jepang. Dimana mayoritas mereka harus memakai baju dari karung goni. Sekarang karung di injek-injek dijadikan alat permainan sebagai simbol untuk mengingatkan bahwa orang Indonesia tidak mau lagi mengalami memakai baju karung goni. Sedangkan makna yang terkadung saat berlari, lalu terjatuh, dan bangkit lagi menggambarkan semangat yang berhasil memerdekan bangsa.

Lomba makan kerupuk pada permainan ini digunakan sebagi simbol pangan. Sedangkan kesulitan memakannya dengan tangan di belakang menggambarkan sulitnya mendapatkan pangan saat penjajahan dulu.

Terakhir, Rizal menceritakan makna yang terkandung dari permainan menangkap belut. Belut dikenal dengan kelicinannya. Bila dihubungkan dengan era penjajahan, permainan ini mengambarkan betapa sulitya mengusir penjajah dari indonbesia. Di sini filosofinya masyarakat Indonesia butuh ketelitian, kecerdikan, keberanian untuk mengalahkannya. (Mar)

Mar adalah pewarta warga.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, Ramadan atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media, kuliner dan lainnya ke citizen6@liputan6.com