Liputan6.com, Cirebon - Muhammad Digta, bocah berusia 4 tahun yang didiagnosis sementara menderita penyakit gangguan pergerakan usus (Hirschsprung) sudah 4 hari terbaring lemah di Rumah Sakit Gunungjati Cirebon.
Keadaan keluarga semakin susah karena biaya pengobatan anak yang akrab disapa Dafa itu tak ditanggung BPJS Kesehatan. Untuk pengobatan, Dian, ibu Dafa, hanya mengandalkan bantuan warga.
Salah satu donatur adalah Yayasan Lavender. Perwakilan yayasan itu, Atiek, mengaku pernah mencoba mengurus BPJS Kesehatan bagi Dafa. Namun, proses pembuatannya terkendala permintaan BPJS untuk melengkapi surat keterangan dari RSUD Gunungjati. Pihak rumah sakit menolak karena Dafa masuk ke rumah sakit sebagai pasien umum.
"Kami maklum ibunda Dafa panik karena saat Dafa masuk RS dalam keadaan panas tinggi. Mau tidak mau, yang penting Dafa dapat penanganan pertama dulu. Ibu Dian menandatangani surat perjanjian di atas materai," ujar Atiek saat ditemui Liputan6.com, di Cirebon, Kamis (14/1/2016).
Donasi yang didapat Dian tidak mampu menanggung biaya pengobatan Dafa seluruhnya. Namun, ia tidak bisa berbuat banyak karena kondisi ekonomi keluarga yang memprihatinkan. Padahal, Dafa membutuhkan penanganan cepat dan proses penyembuhannya pun panjang.
"Operasi tidak hanya sekali. Akan ada pemulihan khusus bahkan sampai rekonstruksi tulang belakang," ucap Atiek.
Keluarga Tidak Mampu
Advertisement
Dari hasil penelusuran Liputan6.com, Dafa merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara. Sejak orangtuanya bercerai, ia dan ibunda selalu berpindah-pindah tempat tinggal. Dafa dan ibunya menempati rumah kosong milik teman ayahnya Dian.
"Sampai kapan saya menempati rumah itu ya belum tahu. Kerjaan saja tidak punya karena sehari-hari hanya ngurus Dafa. Dafa belum dioperasi karena harus menjalani beberapa proses dulu seperti sedikit demi sedikit sudah buang air besar," tutur Dian.
Tubuh Dafa semakin membengkak lantaran bocah tersebut tidak bisa buang air besar selama sebulan terakhir. Dari hasil rontgen dokter bedah anak, usus Dafa sudah penuh kotoran dan tidak ada ruang untuk menyerap sari makanan.
"Perutnya makin mengeras karena hasil makanan yang diserapnya juga tidak bisa keluar melalui BAB. Dari kecilnya, Dafa memang sudah seperti ini. Berat asli Dafa hanya 10 kg," ucap Dian.
Dian mengaku tidak tahu berapa biaya yang harus dikeluarkannya demi penyembuhan Dafa. Meski demikian, ia mengaku berusaha semaksimal mungkin. Ini dilakukan semata-mata untuk menebus obat Dafa yang nilainya di kisaran Rp 1,5 juta.
"Pernah ajukan SKTM -surat keterangan tidak mampu- tapi tidak ada hasil. Ini saja baru saya ajukan lagi dan mudah-mudahan ada hasil," kata Dian berharap.