Sukses

Memo Internal Bocor, Rahasia 'Gelap' Facebook Terungkap

Memo tersebut diketahui ditulis oleh salah seorang wakil direktur Facebook bernama Andrew Bosworth pada 2016.

Liputan6.com, Menlo Park - Masalah bertubi-tubi menerjang Facebook. Belum beres dengan skandal penyalahgunaan 50 juta data penggunanya, kini sang raksasa media sosial milik Mark Zuckerberg tersebut kembali diterpa perkara baru.

Masalah ini berakar sejak 2016. Dilansir The Guardian, Jumat (30/3/2018), Facebook pernah membuat memo internal perusahaan yang diedarkan ke karyawan secara tertutup.

Memo tersebut, ditulis oleh salah seorang wakil direktur Facebook bernama Andrew Bosworth pada 2016. Yang memicu kontroversi tentu adalah isinya. Diketahui, memo ini dimuat pertama kali via BuzzFeed News.

Dalam memo itu, Boz--panggilan karib Bosworth--mengklaim kalau Facebook cuma memiliki satu misi untuk menguntungkan perusahaan, yakni menghubungkan semua penggunanya menjadi komunitas besar.

Tentu, semakin besar jumlah pengguna, semakin banyak pula keuntungan yang dikantongi Facebook. Namun, Boz malah menekankan cara ini bisa dilakukan bisa dengan apa saja, yang penting caranya baik secara de facto. Bisa disimpulkan, Facebook dapat menghalalkan segala cara untuk meraup untung.

"Mungkin kita butuh mengorbankan hidup untuk mengekspos seseorang yang di-bully, atau juga mungkin kita juga bisa mengekspos seseorang yang mati terkena serangan teroris. Mau bagaimana pun, itulah yang kita lakukan. Sejelek apa pun isunya, kita harus menghubungkan orang. Titik. Itulah kerjaan kita untuk menumbuhkan pengguna," tulis Boz.

Sontak saja, memo tersebut memicu kontroversi dan pertanyaan soal kesigapan Facebook menangani informasi dan data pribadi pengguna, apakah mereka benar-benar menjaga kerahasiaan data pengguna, atau cuma sekonyong-konyong memikirkan angka demi keuntungan belaka?

2 dari 3 halaman

Boz Mengakui

Boz sendiri mengakui kalau memo internal tersebut benar adanya. Namun, ia tidak membenarkan terkait isi dari memo itu.

Menurutnya, memo itu malah cuma memicu perdebatan dan memperkeruh suasana. Boz bahkan tidak mengakui isi pesan tersebut bukan ia yang tulis.

"Saya tidak setuju dengan isi pesan tersebut, bukan saya yang tulis. Tujuan pesan tersebut adalah untuk membawa isu yang lebih berat dan memperkeruh keadaan," ujar Boz.

Pada kesempatan yang sama, CEO Facebook Mark Zuckerberg, juga berkomentar terkait memo itu. "Boz adalah pemimpin berbakat, yang berani mengeluarkan opini provokatif. Namun pendapat Boz sudah pasti tidak disetujui karyawan, bahkan termasuk saya. Kami tak percaya bahwa tujuan itu bisa dibenarkan untuk meraih sesuatu dari Facebook," ujar Zuck--sapaan karibnya.

 

3 dari 3 halaman

Zuckerberg Akui Facebook Bersalah

Terlepas dari memo internal tersebut, CEO Facebook Mark Zuckerberg pada pekan lalu meminta maaf kepada publik soal skandal kebocoran puluhan juta data pengguna.

Ia mengakui ada pelanggaran kepercayaan antara Cambridge Analytica, Facebook, dan Aleksandr Kogan selaku pihak yang disebut-sebut bertanggung jawab terhadap bocornya 50 juta data pengguna.

"Ini merupakan pelanggaran kepercayaan antara Kogan, Cambridge Analytica, dan Facebook. Namun, ada juga pelanggaran kepercayaan antara Facebook dan pengguna yang berbagi data dan berharap kami melindunginya. Kami berencana untuk memperbaiki hal itu," tuturnya seperti dikutip dari akun resmi Zuckerberg.

Ia juga menuturkan, Facebook memiliki tanggung jawab untuk melindungi data pengguna. Karena itu, Zuckerberg menuturkan, apabila pihaknya tak dapat melindungi data pengguna, mereka tak layak untuk melayani para pengguna media sosial tersebut.

"Saya telah bekerja untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan memastikan hal serupa tak akan terulang," tuturnya. Suami dari Priscillia Chan itu juga mengatakan, sebenarnya sudah melakukan sejumlah perubahan soal keamanan data ini sejak 2014.

Namun, terlepas dari seluruh upaya itu, ia merasa masih perlu melakukan pembenahan untuk keamanan platform tersebut. Ia juga menuturkan sebagai pendiri Facebook, dirinya bertanggung jawab penuh terhadap apa yang terjadi di platform tersebut.

"Meski masalah terkait Cambridge Analytica tak terulang dengan aplikasi saat ini, hal itu tak mengubah yang sudah terjadi. Kami akan belajar dari pengalaman ini untuk mengamankan platform dan membuat komunitas kami lebih aman ke depannya," tulis Zuck.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: