Sukses

Berburu Durian di Koto Malintang

Durian adalah sumber perekonomian sekaligus menjadi pemicu permasalahan sosial di Desa Koto Malintang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat.

Liputan6.com, Koto Malintang: Malam beringsut mendekati pagi di kaki Bukit Barisan, tepatnya di tepi Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Hawa dingin sejak tadi menusuk jaket lusuh dan kain sarung tengik yang dikenakan sekelompok warga Koto Malintang di sebuah saung, akhir September silam.

Seorang tetua desa tampil ke depan dan nyerocos menerangkan aturan yang harus dipatuhi. Sekelompok warga di hadapannya mengangguk-angguk. Tetapi raut wajah mereka menonjolkan ketidaksabaran. Mereka ingin segera berburu durian. Sebuah tradisi yang telah turun temurun di sana.

Namun mereka harus tetap mengekang keinginannya itu hingga jam milik semua warga desa menunjuk ke angka 04.00 WIB. Sejak subuh itu, warga bebas untuk mencari durian hingga pukul 06.00 WIB. Setelah itu jangan harap warga dapat memulung durian sesukanya. Sanksi masyarakat akan mengancam. Tradisi ini dikenal dengan Balangge.

Tradisi ini lahir atas kebijakan nenek moyang dan para tetua adat di Koto Malintang. Mereka sadar bahwa durian yang bernilai ekonomis telah menyebabkan masalah sosial di daerah itu. Kesenjangan sosial dan ekonomi antara pemilik kebun durian dan warga yang tak memilkiki kebun durian bisa menyebabkan konflik. Pencurian kerap terjadi.

Untuk menekan aksi tersebut, para tetua kemudian membuat kebijakan yang menjadi tradisi: Balangge. Tradisi ini memberi kesempatan kepada warga yang tak memiliki durian untuk memulung durian di milik siapa saja dalam waktu yang ditentukan.

Tradisi ini tidak saja mengikat warga yang tak memiliki kebun tetapi juga kepada pemilik kebun. Bila diketahui pemilik kebun memetik durian dari pohon, mereka juga akan dikenai sanksi. Sanksinya, pohon itu dikuliti hingga mati dengan sendirinya. Sanksi itu untuk memberi peringatan kepada pemilik bahwa kualitas durian harus diutamakan. Karena durian Kota Malintang sangat terkenal kuliatasnya di wilayah Sumatra hingga ke Jawa.

Durian adalah lambang status sosial. Karena durian, warga dapat naik haji dan membiaya anak sekolah hingga ke perguruan tinggi. Karena durian pula Sutan Alamsyah menjadi orang terkaya di desa seluas 1.800 hektare ini. Setiap musim durian bagi Sutan Alamsyah adalah duit. Namun demikian, Sutan Alamsyah selalu menyisihkan duriannya untuk warga. Warga dibiarkan beramai-ramai memakan durian sambil dihibur kesenian tradisional setempat.(YYT/Tim Potret SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini