Ukiran Kayu dari Ubud Menembus Pasar Internasional

Warga Desa Peliatan di Ubud, Bali, kebanyakan berprofesi sebagai perajin ukiran kayu. Dan hasil karya mereka sudah dieskpor ke mancanegara, di antaranya Spanyol, Prancis dan Jepang.

oleh Liputan6 diperbarui 23 Apr 2005, 15:20 WIB
Liputan6.com, Ubud: Desa Peliatan di Ubud, Bali, sudah lama terkenal dengan para perajinnya yang mampu membuat ukiran dari kayu. Keahlian itu warisan leluhur mereka sejak puluhan tahun. Kini, hampir seluruh ukiran produk Peliatan diekspor ke mancanegara. Salah satunya keluarga Wayan Bajera beserta adiknya Ni Wayan Sukerti yang merintis usaha tersebut sejak 1970. Dan sepuluh tahun kemudian, karya mereka sudah menembus pasar eskpor, antara lain ke Jepang, Prancis dan Spanyol.

Ni Wayan Sukerti menyebutkan, setiap bulannya diperlukan dana sekurangnya Rp 10 juta untuk membeli sekitar 100 batang pohon jempinis sebagai bahan baku ukiran. Kayu ini mudah diperoleh di Bali dan gampang diukir dibanding jenis kayu lainnya. Dari diameter 40 sentimeter kayu dapat dihasilkan berbagai ukiran dengan harga antara Rp 10 ribu hingga ratusan ribu rupiah.

Usaha Wayan Sukerti bukan tanpa kendala. Belakangan ini Wayan Sukerti dan Bejara justru sering kesulitan mendapatkan batang pohon yang ideal untuk diukir, yakni berukuran besar dan berusia di atas lima tahun. "Cari bahannya lebih sulit dan lebih mahal. Kalau bahannya murah akan mudah pecah," papar Wayan Sukerti, baru-baru ini.

Berbeda dengan kebanyakan pengusaha lain, Wayan Sukerti justru mengharapkan dari desanya akan muncul lebih banyak lagi perajin. Dengan begitu akan lebih memacu kreativitas. Kini, Wayan Sukerti merasa cukup puas dengan hasil yang dicapainya karena bisa membantu warga di sekitar dengan bekerja di tempatnya.(DEN/Wirawan Kartono dan Donny Indradi)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya