Bambang Setiaji Penemu Minyak Mujarab

Rutin mengonsumsi minyak kelapa murni atau Vico olahan Bambang Setiaji bisa mematikan virus HIV/AIDS dan penyakit degenaratif lain. Penemuan Bambang juga mengentaskan kemiskinan petani kelapa di kampungnya.

oleh Liputan6 diperbarui 24 Apr 2005, 15:42 WIB
Liputan6.com, Yogyakarta: Jika ada minyak goreng selain berguna untuk memasak, tapi juga bisa mengobati penyakit leukimia atau AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dan HIV (human immunodeficiency virus) boleh jadi anda tertarik. Keragaman fungsi tersebut terkandung dalam minyak kelapa yang kini lumrah disebut virgin coconut oil (Vico) alias minyak kelapa murni. Adalah Dr. Bambang Setiaji, MSc yang menemukan metode baru mengolah kelapa menjadi minyak murni setelah melakukan penelitian selama 10 tahun.

Sejak menemukan cara baru mengolah buah kelapa menjadi Vico, kediaman Bambang Setiaji di Desa Kranggan, Kecamatan Galur, Kulonprogo, Yogyakarta, jadi sering kedatangan tamu. Baru-baru ini, ia dikunjungi serombongan lurah dari Kabupaten Tanjungjabung Barat dan Tanjungjabung Timur dipimpin Gubernur Jambi Sudarsono untuk mendalami metode itu. Meski menjadi kabupaten penghasil kelapa terbesar di Jambi, nasib petaninya terpuruk.

Saat berbincang dengan SCTV, Bambang mengaku berinisiatif mencari cara baru pengolahan buah kelapa juga bertolak dari keprihatinan terhadap nasib petani kelapa di kampungnya. Dahulu, keuntungan petani hanya Rp 15 ribu per hari dari hasil mengolah kelapa yang cukup memakan waktu. Kelapa dikuliti lalu dibelah dan diparut sebelum akhirnya diperas untuk mendapatkan santan. Lantas, santan direbus selama dua hari untuk mendapat minyak. Sekitar 150 butir kelapa bisa diproduksi 10 liter minyak dengan harga jual Rp 4.800 per liter. Jika disimpan lebih dari tiga hari bau minyak berubah tengik.

Selama lebih dari 10 tahun Bambang melakukan penelian sampai melahirkan cara pengolahan dengan metode pancingan. "Minyak kelapa tidak dipanaskan dan tidak difermentasi," kata Bambang. Caranya, santan didiamkan selama dua jam sampai air dan kanil (bagian yang mengandung minyak) terpisah. Selanjutnya kanil yang mengambang di air ditampung dalam panci besar lalu dipancing dengan memasukkan minyak kelapa yang sudah jadi. Perbandingan tiga bagian kanil dicampur satu bagian minyak.

Setelah campuran diaduk selama 20 menit biarkan mengendap enam sampai tujuh jam. Endapan kemudian akan terpisah menjadi tiga bagian. Endapan terbawah berwarna putih atau disebut blondo dan endapan kedua adalah air. Minyak kelapa ada di bagian endapan teratas kemudian disaring sampai menghasilkan minyak kelapa murni berkualitas tinggi. "Keunggulannya, minyak ini masih utuh artinya tidak ada senyawa yang hilang dalam minyak kelapa itu," ujar Bambang. Warna minyak lebih jernih dan bisa awet sampai lebih dari lima tahun.

Bambang mengamini, minyak kelapa murni mampu membunuh berbagai virus penyakit degeneratif dan pelarut kolesterol. Virus HIV, hepatitis, dan leukimia, menurut Bambang, tidak dapat larut dalam air karena terselubung semacam asam lemak jenuh (lipid). Nah, asam laurat pada minyak kelapa murni-lah yang bisa menembus serta mematikan virus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Vico secara teratur dapat menurunkan risiko terinfeksi HIV atau AIDS. "Kini negara-negara maju mengembangkan minyak kelapa untuk mematikan virus HIV," tambah dosen dan pengelola Laboratorium Fakultas Kimia Fisika Universitas Gadjah Mada itu.

Metode pancingan ala Bambang meroketkan produksi kelapa di Kranggan. Harga minyak kelapa naik menjadi Rp 15 ribu per liter dari kapasitas produksi 15 liter per hari. Bambang pantas berbangga hati. Selain berhasil mengentaskan kemiskinan, penemuan lelaki berumur 56 tahun ini menepis propaganda asing bahwa minyak kelapa Indonesia biang kolesterol dan kegemukan. Buktinya, permintaan ekspor dari sejumlah negara asing mengalir ke sentra produksi minyak kelapa murni binaan Bambang.(KEN/Wiwik Susilo)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya