Liputan6.com, Sedgefield: Warga Inggris, Kamis (5/5) ini, mengikuti pemilihan umum untuk memilih perdana menteri baru. Perdana Menteri Inggris Tony Blair pun turut memberikan hak pilih di Distrik Sedgefield, Inggris.
Kedatangan Blair di Desa Trimdon Colliery, Sedgefield, didampingi sang istri, Cherie beserta dua anak mereka yakni Euan dan Nicky. Kehadiran pria kelahiran Edinburgh, Skotlandia 6 Mei 1953 ini terlihat santai dalam balutan jaket biru dan celana panjang jeans. Usai pemilu, keesokan harinya Blair akan merayakan ulang tahunnya ke-52.
Partai Buruh yang dipimpin Blair sepanjang kampanye kemarin banyak mendapat respons positif dari para pendukungnya [baca: Blair Masih Disukai Publik Inggris]. Kendati Partai Buruh diperkirakan akan kembali memenangi pemilu, mereka masih saja dihantui sentimen antiperang. Pasalnya, Blair adalah sekutu nomor satu Presiden Amerika Serikat George Walker Bush dalam invasi ke Irak [baca: Blair Mengaku Bersalah Menginvasi Irak].
Tak mengherankan, bila pada akhirnya banyak rakyat Inggris kecewa karena Blair tetap berkeras mendukung invasi ke Irak dan selalu membela Bush. Blair juga kerap dikritik atas sejumlah kebijakan domestik yang kontroversial. Salah satunya adalah rencana Blair memprivatisasi beberapa jasa layanan publik.(AIS/Pin)
Kedatangan Blair di Desa Trimdon Colliery, Sedgefield, didampingi sang istri, Cherie beserta dua anak mereka yakni Euan dan Nicky. Kehadiran pria kelahiran Edinburgh, Skotlandia 6 Mei 1953 ini terlihat santai dalam balutan jaket biru dan celana panjang jeans. Usai pemilu, keesokan harinya Blair akan merayakan ulang tahunnya ke-52.
Partai Buruh yang dipimpin Blair sepanjang kampanye kemarin banyak mendapat respons positif dari para pendukungnya [baca: Blair Masih Disukai Publik Inggris]. Kendati Partai Buruh diperkirakan akan kembali memenangi pemilu, mereka masih saja dihantui sentimen antiperang. Pasalnya, Blair adalah sekutu nomor satu Presiden Amerika Serikat George Walker Bush dalam invasi ke Irak [baca: Blair Mengaku Bersalah Menginvasi Irak].
Tak mengherankan, bila pada akhirnya banyak rakyat Inggris kecewa karena Blair tetap berkeras mendukung invasi ke Irak dan selalu membela Bush. Blair juga kerap dikritik atas sejumlah kebijakan domestik yang kontroversial. Salah satunya adalah rencana Blair memprivatisasi beberapa jasa layanan publik.(AIS/Pin)