Liputan6.com, Jakarta: Mantan Presiden Soeharto mengalami pendarahan di usus yang mengakibatkan hemoglobin darahnya turun hingga 7,8 persen. Selain itu, Soeharto juga mengalami lemah jantung dan sesak napas. Demikian dikemukakan Ketua Tim Dokter Kepresidenan Mardjo Subiandono kepada wartawan di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta, Senin (9/5) [baca: Senin, Kondisi Kesehatan Soeharto Diumumkan ].
Menurut Mardjo, stroke yang dialami Soeharto beberapa waktu silam membuatnya kini mengalami lemah jantung dan sesak napas. Sementara gangguan pada usus besar mengakibatkan sel darah merahnya menurun. Kondisi ini biasa disebut anemia. Kondisi ini berimbas pada terganggunya fungsi paru, ginjal dan otak.
Sejak dirawat 5 Mei silam, Soeharto yang kini berusia 86 tahun harus terus mendapatkan transfusi darah untuk menghindari komplikasi. Hingga Senin siang transfusi darah sudah mencapai 1.600 cc.
Sejak diturunkan dari jabatannya sebagai orang nomor satu di Tanah Air, Soeharto kerap mengalami gangguan kesehatan. Beberapa kali ia harus menjalani perawatan di rumah sakit karena kondisi kesehatannya memburuk. Namun, beberapa kali pula ia terlihat cukup sehat untuk berziarah ke makam istrinya, mengunjungi anak bungsunya Tommy Soeharto di Nusakambangan dan terakhir tampil dalam perayaan ulang tahun Taman Mini Indonesia Indah.
Kondisi kesehatan Soeharto mulai memburuk pada Juli 1999. Saat itu Soeharto terkena serangan stroke ringan dan dirawat di RS Pusat Pertamina. Kondisi ini menyebabkan Kejaksaan Agung harus menghentikan sementara penyelidikan atas Soeharto dalam kasus dugaan korupsi sejumlah yayasan miliknya. Soeharto sempat pulang ke rumah namun sebulan kemudian dirawat kembali karena pendarahan usus. Hingga Oktober, kondisi kesehatan Soeharto masih buruk sehingga tidak dapat memenuhi pemeriksaan jaksa.
Awal 2000, tim medis menyatakan Soeharto mengalami kesulitan berkomunikasi. Guna memastikan kondisi fisiknya, Kejaksaan Agung kembali meneliti kesehatan Soeharto. Serangkaian tes kesehatan dijalaninya. Pada akhir September, tim dokter menyimpulkan Soeharto memang mengalami kesulitan menyampaikan apa yang dia inginkan. Soeharto hanya mampu menjawab pertanyaan dokter sangat pelan dan singkat.
Pada 2001, Soeharto menjalani sejumlah operasi. Pada Desember ia dibawa kembali ke RS Pusat Pertamina karena menderita panas tinggi, batuk-batuk dan sesak napas. Tim dokter menyimpulkan Soeharto menderita pneumonia.
Kondisi kesehatan Soeharto berangsur pulih. Tim dokter menyatakan secara umum kesehatan Soeharto maju. Namun, kemampuan berbahasanya masih terganggu. Pada tahun ini, Soeharto sempat berziarah ke makam Tien Soeharto di Astana Giribangun, Karanganyar, Wonogiri, Jawa Tengah.
Awal Januari 2004, Kejaksaan Agung memerintahkan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan kembali memeriksa kondisi kesehatan Soeharto. Ini dilakukan setelah diketahui ia mampu melakukan perjalanan ke Cilacap, menjenguk Tommy Soeharto. Dalam pemeriksaan, tim dokter menyatakan Soeharto menderita cacat psikologi permanen. April 2004 kondisi kesehatan Soeharto memburuk. Ia kembali mengalami pendarahan usus besar. Kondisi ini merembet ke jantung yang selama ini sudah dibantu dengan alat pacu jantung.(YYT/Tim Liputan 6 SCTV)
Menurut Mardjo, stroke yang dialami Soeharto beberapa waktu silam membuatnya kini mengalami lemah jantung dan sesak napas. Sementara gangguan pada usus besar mengakibatkan sel darah merahnya menurun. Kondisi ini biasa disebut anemia. Kondisi ini berimbas pada terganggunya fungsi paru, ginjal dan otak.
Sejak dirawat 5 Mei silam, Soeharto yang kini berusia 86 tahun harus terus mendapatkan transfusi darah untuk menghindari komplikasi. Hingga Senin siang transfusi darah sudah mencapai 1.600 cc.
Sejak diturunkan dari jabatannya sebagai orang nomor satu di Tanah Air, Soeharto kerap mengalami gangguan kesehatan. Beberapa kali ia harus menjalani perawatan di rumah sakit karena kondisi kesehatannya memburuk. Namun, beberapa kali pula ia terlihat cukup sehat untuk berziarah ke makam istrinya, mengunjungi anak bungsunya Tommy Soeharto di Nusakambangan dan terakhir tampil dalam perayaan ulang tahun Taman Mini Indonesia Indah.
Kondisi kesehatan Soeharto mulai memburuk pada Juli 1999. Saat itu Soeharto terkena serangan stroke ringan dan dirawat di RS Pusat Pertamina. Kondisi ini menyebabkan Kejaksaan Agung harus menghentikan sementara penyelidikan atas Soeharto dalam kasus dugaan korupsi sejumlah yayasan miliknya. Soeharto sempat pulang ke rumah namun sebulan kemudian dirawat kembali karena pendarahan usus. Hingga Oktober, kondisi kesehatan Soeharto masih buruk sehingga tidak dapat memenuhi pemeriksaan jaksa.
Awal 2000, tim medis menyatakan Soeharto mengalami kesulitan berkomunikasi. Guna memastikan kondisi fisiknya, Kejaksaan Agung kembali meneliti kesehatan Soeharto. Serangkaian tes kesehatan dijalaninya. Pada akhir September, tim dokter menyimpulkan Soeharto memang mengalami kesulitan menyampaikan apa yang dia inginkan. Soeharto hanya mampu menjawab pertanyaan dokter sangat pelan dan singkat.
Pada 2001, Soeharto menjalani sejumlah operasi. Pada Desember ia dibawa kembali ke RS Pusat Pertamina karena menderita panas tinggi, batuk-batuk dan sesak napas. Tim dokter menyimpulkan Soeharto menderita pneumonia.
Kondisi kesehatan Soeharto berangsur pulih. Tim dokter menyatakan secara umum kesehatan Soeharto maju. Namun, kemampuan berbahasanya masih terganggu. Pada tahun ini, Soeharto sempat berziarah ke makam Tien Soeharto di Astana Giribangun, Karanganyar, Wonogiri, Jawa Tengah.
Awal Januari 2004, Kejaksaan Agung memerintahkan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan kembali memeriksa kondisi kesehatan Soeharto. Ini dilakukan setelah diketahui ia mampu melakukan perjalanan ke Cilacap, menjenguk Tommy Soeharto. Dalam pemeriksaan, tim dokter menyatakan Soeharto menderita cacat psikologi permanen. April 2004 kondisi kesehatan Soeharto memburuk. Ia kembali mengalami pendarahan usus besar. Kondisi ini merembet ke jantung yang selama ini sudah dibantu dengan alat pacu jantung.(YYT/Tim Liputan 6 SCTV)