a1 Menyanyi, Empat Dara Meninggal

Empat gadis tewas dalam jumpa penggemar empat personel a1. Acara yang digelar di toko kaset berkapasitas 200 orang itu disesaki 1.500 fans. Dua panitia menjadi tersangka karena lalai.

oleh Liputan6 diperbarui 26 Mar 2001, 21:08 WIB
Liputan6.com, Jakarta: Pesona empat anggota a1 membius sekitar 1.500 penonton di toko kaset dan piringan cakram Tarra Megastore, 18 Maret silam. Suasana menghangat ketika penonton berebut menyentuh langsung Ben Adams, Mark Read, Christian Ingebrigtsen, dan Paul Marazzi usai ber-acapella. Panitia pun panik. Sebab, penonton yang kebanyakan perempuan itu histeris dan berebut maju di ruangan yang berada di Lantai III, Mal Taman Anggrek (MTA), Jakarta Barat, itu.

Tanpa disangka, empat dara terimpit dan kehabisan oksigen di tengah ruangan. Buntutnya, empat remaja putri itu meninggal dan sejumlah penonton cedera. Mereka yang meninggal adalah Laurentia Indri Ayuningtyas Dharmawan, 16, dan dua kakak beradik Eka Wanti, 20, dan Rani Sintami, 13 tahun. Korban terakhir, Nurdiana Wali, 18, yang beralamat di Kelurahan Rawa Badak, Jakarta Utara. Ajang jumpa penggemar itu perlahan berganti kesedihan dan kekecewaan.

Indah Anggrainy, adik mendiang Indri, mengaku semula bergandengan dengan kakaknya. "Tangannya terlepas," kata Indah, sedih. Akhirnya, Indah tak mendapat tanda tangan dari idola dan malah kehilangan kakak tercintanya. Suasana duka juga menyelimuti keluarga pasangan Buyung Jony-Watinih. Orang tua almarhumah Eka dan Rani ini mengaku terpukul atas tragedi tersebut.

Watinih mengetahui kegemaran anak-anaknya. Karena itu perempuan berusia 40 tahun ini selalu memenuhi permintaan buah hatinya untuk mengkoleksi kaset, piringan cakram, dan majalah. Bahkan, Watinih juga mengiyakan keinginan ketiga putrinya ketika ingin menyaksikan artis idola mereka. Pasangan yang tinggal di Jalan Achmad Dahlan, Kelurahan Petir, Tangerang mengaku tak tahu harus berbuat apa. "Saya pasrah saja," kata Buyung. Pria yang tiap hari berjualan sayur di sebuah pasar di Jakbar itu menyerahkan kasus tersebut pada polisi. Hal yang sama juga diungkapkan keluarga Nurdiana. "Semua merasa kehilangan," kata Laode A, adik orang tua almarhumah Nurdiana.

Petugas Kepolisian Resor Jakbar segera bertindak. Polisi memeriksa 16 panitia penyelenggara acara bertajuk Meet and Greet a1 itu. Sejauh ini, polisi telah menetapkan project officer Sony Subagyo dan penanggung jawab acara Meet & Greet a1 Agung Priambodo, sebagai tersangka.

Sementara itu, pakar hukum pidana Loebby Loqman menilai peristiwa tersebut terjadi karena kelalaian penyelenggara. Buktinya, panitia tak melaporkan acara tersebut pada kepolisian setempat. Nah, atas dasar itu, panitia bisa dijerat Pasal 359 Kitab Undang-undang Hukum Pidana dengan ancaman penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama setahun.

Tapi, kuasa hukum Sony Music, Amir Syamsuddin lebih setuju mengatakan kejadian tersebut sebagai musibah. Sebab, dia berpendapat sulit mengukur nilai keteledoran dalam perkara tersebut. Sementara itu, semua keluarga korban yang tewas telah mendapat santunan dari Sony dan Tarra Megastore. Tapi, tetap saja, penyidikan polisi jalan terus.

Memang, panitia mengakui tak menyangka kalau penggemar yang ingin bertemu kelompok vokal asal Inggris itu membludak. Sebenarnya, ketiganya kerap menggelar acara temu penggemar di lokasi yang sama. Namun, lagi-lagi, mereka tak menyangka grup vokal pendatang baru itu bisa menyedot sekitar 1.500 fans. Sedangkan, pengelola MTA mengaku telah meminta Sony membatasi pengunjung hingga 200 orang dengan alasan tempat dan waktu. Pengeloa MTA menambahkan, sesuai kontrak, kelompok a1 hanya menandatangani piringan cakram dan kaset secara gratis. Artinya: tak boleh menyanyi.

Sutanto Hartono Managing Director Sony Music mengatakan, mendatangkan a1 untuk mempromosikan album terbaru mereka, The a List. Empat cowok itu dikenal lewat single Be The First to Believe dan Summertime of Our dalam album Here We Come. Sutanto menambahkan, acara serupa telah digelar tujuh kali bagi grup lain yang berada di bawah bendera Sony.

Agaknya, peristiwa tadi menambah daftar hitam penyelenggaraan acara yang mendatangkan kelompok musik. Meski tak persis, konser Sheila on 7 di Cirebon, Jawa Barat, Ahad (25/3), juga menelan korban. Empat orang tertembak, dua di antaranya masih tergolek di Rumah Sakit Gunung Jati, Cirebon. Aksi tersebut terjadi akibat penonton berusaha menyaksikan konser meski tak mengantongi tanda masuk. Dua hari sebelumnya, pertunjukan kelompok musik yang tengah naik daun itu juga membuat 25 remaja putri pingsan di Semarang, Jawa Tengah. Yang paling parah, adalah pergelaran Sheila on 7 di Bandar Lampung, November silam. Tercatat, empat putri tewas terinjak dan kekurangan oksigen di Gedung Olahraga Saburai.

Mudah-mudahan tragedi tersebut bisa menjadi pelajaran bagi dunia hiburan di Tanah Air. Banyak kalangan berharap, penyelenggara acara tak melulu mencari keuntungan dan mengabaikan keselamatan penonton. Dengan begitu, semoga, Tragedi a1 dan Sheila on 7 menjadi lembaran akhir serial penggemar yang meninggal karena idolanya.(TNA/Tim Derap Hukum)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya