Liputan6.com, Qinghai: Belakangan ini kasus flu burung merebak di sejumlah kawasan di Asia. Tak jarang pula virus influenza tipe A subtipe H5N1 itu menewaskan pengidapnya. Namun baru-baru ini, pemerintah Cina membantah laporan yang menyebut wabah flu burung telah membuat sejumlah warganya meninggal [baca: Flu Burung Dikhawatirkan Pakar Kesehatan].
Penegasan Beijing dikeluarkan menyusul adanya laporan di sejumlah situs internet yang menyebutkan sedikitnya 120 warga negara itu tewas akibat flu burung. Cina bahkan menegaskan tidak terdapat bukti wabah penyakit itu telah menyebar ke manusia maupun unggas ternak.
Kendati begitu Cina menyebutkan, pihaknya menemukan 519 ekor angsa dan burung yang mati saat bermigrasi ke wilayah cagar alam di Provinsi Qinghai. Dalam laporan sebelumnya, Negeri Tirai Bambu menyebutkan jumlah burung yang mati di kawasan cagar alam itu berjumlah 178 burung. Usai penemuan itu, pemerintah Cina telah menggelar program vaksinasi terhadap semua jenis ternak unggas di Qinghai. Pemerintah Cina juga memerintahkan warga untuk menghindari cagar alam.
Di lain pihak, juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Maria Cheng di Beijing mengungkapkan, pihaknya telah mendesak pemerintah Cina membagi sampel virus yang diambil dari burung-burung liar tersebut. Sampel-sampel itu kemudian akan dibandingkan dengan sampel flu burung lainnya. Selain itu WHO juga meminta informasi tentang seberapa jauh paparan yang telah terjadi terhadap manusia serta langkah-langkah yang telah ditempuh.
Sementara Kantor Berita Xinhua melaporkan, para peneliti di Cina bagian utara telah berhasil mengembangkan dua vaksin baru. Vaksin itu mampu menahan penyebaran virus H5N1 pada burung hewan ataupun manusia. Kedua vaksin itu bahkan jauh lebih efektif dan mampu meningkatkan kekebalan terhadap virus flu burung hingga empat bulan.(AIS/Uri)
Penegasan Beijing dikeluarkan menyusul adanya laporan di sejumlah situs internet yang menyebutkan sedikitnya 120 warga negara itu tewas akibat flu burung. Cina bahkan menegaskan tidak terdapat bukti wabah penyakit itu telah menyebar ke manusia maupun unggas ternak.
Kendati begitu Cina menyebutkan, pihaknya menemukan 519 ekor angsa dan burung yang mati saat bermigrasi ke wilayah cagar alam di Provinsi Qinghai. Dalam laporan sebelumnya, Negeri Tirai Bambu menyebutkan jumlah burung yang mati di kawasan cagar alam itu berjumlah 178 burung. Usai penemuan itu, pemerintah Cina telah menggelar program vaksinasi terhadap semua jenis ternak unggas di Qinghai. Pemerintah Cina juga memerintahkan warga untuk menghindari cagar alam.
Di lain pihak, juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Maria Cheng di Beijing mengungkapkan, pihaknya telah mendesak pemerintah Cina membagi sampel virus yang diambil dari burung-burung liar tersebut. Sampel-sampel itu kemudian akan dibandingkan dengan sampel flu burung lainnya. Selain itu WHO juga meminta informasi tentang seberapa jauh paparan yang telah terjadi terhadap manusia serta langkah-langkah yang telah ditempuh.
Sementara Kantor Berita Xinhua melaporkan, para peneliti di Cina bagian utara telah berhasil mengembangkan dua vaksin baru. Vaksin itu mampu menahan penyebaran virus H5N1 pada burung hewan ataupun manusia. Kedua vaksin itu bahkan jauh lebih efektif dan mampu meningkatkan kekebalan terhadap virus flu burung hingga empat bulan.(AIS/Uri)