Liputan6.com, Pekanbaru: Masih ingat Robot Gedek? Pria yang menyodomi belasan bocah di Jakarta dan sejumlah daerah di Jawa Tengah kemudian membunuh mereka untuk menutupi jejaknya. Setelah kasusnya terkuak pada pertengahan 1996, Robot Gedek alias Siswanto ditangkap dan diganjar hukuman mati. Dia kini mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan, Jawa Tengah,
Belakangan, kasus serupa menyentak warga Kecamatan Tampan, Pekanbaru, Riau. Enam siswa sekolah ditemukan tewas dengan bekas sodomi. Korban terakhir yang ditemukan tinggal tulang-belulang adalah Syaiful Amri. Jasad murid Sekolah Dasar Negeri 039 Tampan ini ditemukan di semak-semak tak jauh dari sekolahnya pada 26 Mei silam. Dan, hingga kini, si pelaku belum ketahuan. Bayangan pembunuh berdarah dingin berkeliaran mengincar para pelajar SD menghantui warga.
Syaiful dilaporkan menghilang 18 Februari silam. Penemuan Syaiful bersama celana seragam berwarna hijau mengagetkan Netty Nafisha. Betapa tidak, Syaiful adalah teman akrab buah hati Netty, Ibrahim, yang juga dilaporkan hilang. Dari benda-benda di sekitar lokasi, dia harus menerima kenyataan bahwa tengkorak yang berada tak jauh dari Syaiful tak lain adalah putra sulungnya.
Penemuan dua jenazah itu menambah kesedihan dan kekhawatiran warga Tampan. Sebab pada 21 April silam, warga juga menemukan jasad Khairil Anwar. Bocah berusia 10 tahun itu ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan di semak-semak setelah empat hari menghilang.
Tragedi yang dialami tiga bocah itu jelas membuat miris warga Tampan. Terlebih orang tua yang hingga kini belum menemukan putranya. Berita soal penculikan, pembunuhan, dan sodomi membuat anak-anak di Pekanbaru cemas. Para orang tua juga harus lebih ketat mengawasi kegiatan buah hati mereka.
Selama kurun waktu dua tahun terakhir, tercatat 10 anak-anak di Pekanbaru menjadi korban penculikan. Enam di antaranya yakni Jumaidi, Sabri, Bayu, Khairil, Syaiful, dan Ibrahim ditemukan tewas dan diduga kuat disodomi. Sedangkan kabar tentang Irfan Zukri dan Bintang Cahaya masih gelap. Sementara, Agus Rinaldi dan Andiko yang dilaporkan hilang, berhasil ditemukan kembali.
Sri Murni, ibunda Irfan, tetap berharap anaknya kembali dalam keadaan selamat. Begitu juga dengan Nurayani dan Indra. Orang tua Bintang ini yakin anaknya yang hilang sejak awal Desember tahun kemarin masih hidup.
Polisi pun tak tinggal diam. Mereka terus berupaya mengungkap pelaku penculikan, sodomi, dan pembunuhan anak-anak itu. Awal Juni silam, usaha polisi membuahkan hasil. Dua tersangka ditangkap. Polisi berharap kedua tersangka menjadi titik terang untuk menangkap tersangka lain sekaligus mengungkap kasus yang meresahkan warga Tampan.
Namun hasil penyidikan tak mengarah ke sana. Tersangka Iwan mengaku hanya menyodomi seorang korban yang tak lain adalah tetangganya sendiri. Sementara tersangka lain, HR, yang masih berusia 14 tahun menyodomi korban karena terpengaruh film porno.
Kendati demikian, polisi yakin pengakuan dua tersangka dapat membantu polisi menangkap "Robot Gedek" yang masih berkeliaran. Polisi belum menemukan keterkaitan tersangka dengan enam bocah yang tewas. Yang pasti, keduanya bakal dijerat Pasal 82 Undang-undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002 dan Pasal 289 juncto Pasal 293 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dengan ancaman hukuman tiga hingga 15 tahun penjara.
Namun, penangkapan dua tersangka ini tidak lantas membuat warga tenang. Warga tetap ketakutan. Jangan-jangan korban baru "Robot Gedek" adalah buah hati atau kerabat mereka. Apalagi informasi tentang pelaku sangat minim. Seorang korban disergap pelaku di halte angkutan umum mengatakan pelaku mengaku berasal dari Medan, Sumatra Utara. Pelaku bertubuh tinggi dengan perawakan gemuk dan memiliki bekas jerawat di wajah.
Menyikapi kondisi ini, pihak sekolah tidak tinggal diam. Menurut Kepala Sekolah SDN 016 Tampan, Zulkarnaini, pihaknya mulai memperkuat pengamanan siswa antara lain pengawasan yang lebih ketat dan memberi penyuluhan kepada siswa agar berhati-hati terhadap orang yang belum dikenal.(TOZ/Tim Liputan 6 SCTV)
Belakangan, kasus serupa menyentak warga Kecamatan Tampan, Pekanbaru, Riau. Enam siswa sekolah ditemukan tewas dengan bekas sodomi. Korban terakhir yang ditemukan tinggal tulang-belulang adalah Syaiful Amri. Jasad murid Sekolah Dasar Negeri 039 Tampan ini ditemukan di semak-semak tak jauh dari sekolahnya pada 26 Mei silam. Dan, hingga kini, si pelaku belum ketahuan. Bayangan pembunuh berdarah dingin berkeliaran mengincar para pelajar SD menghantui warga.
Syaiful dilaporkan menghilang 18 Februari silam. Penemuan Syaiful bersama celana seragam berwarna hijau mengagetkan Netty Nafisha. Betapa tidak, Syaiful adalah teman akrab buah hati Netty, Ibrahim, yang juga dilaporkan hilang. Dari benda-benda di sekitar lokasi, dia harus menerima kenyataan bahwa tengkorak yang berada tak jauh dari Syaiful tak lain adalah putra sulungnya.
Penemuan dua jenazah itu menambah kesedihan dan kekhawatiran warga Tampan. Sebab pada 21 April silam, warga juga menemukan jasad Khairil Anwar. Bocah berusia 10 tahun itu ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan di semak-semak setelah empat hari menghilang.
Tragedi yang dialami tiga bocah itu jelas membuat miris warga Tampan. Terlebih orang tua yang hingga kini belum menemukan putranya. Berita soal penculikan, pembunuhan, dan sodomi membuat anak-anak di Pekanbaru cemas. Para orang tua juga harus lebih ketat mengawasi kegiatan buah hati mereka.
Selama kurun waktu dua tahun terakhir, tercatat 10 anak-anak di Pekanbaru menjadi korban penculikan. Enam di antaranya yakni Jumaidi, Sabri, Bayu, Khairil, Syaiful, dan Ibrahim ditemukan tewas dan diduga kuat disodomi. Sedangkan kabar tentang Irfan Zukri dan Bintang Cahaya masih gelap. Sementara, Agus Rinaldi dan Andiko yang dilaporkan hilang, berhasil ditemukan kembali.
Sri Murni, ibunda Irfan, tetap berharap anaknya kembali dalam keadaan selamat. Begitu juga dengan Nurayani dan Indra. Orang tua Bintang ini yakin anaknya yang hilang sejak awal Desember tahun kemarin masih hidup.
Polisi pun tak tinggal diam. Mereka terus berupaya mengungkap pelaku penculikan, sodomi, dan pembunuhan anak-anak itu. Awal Juni silam, usaha polisi membuahkan hasil. Dua tersangka ditangkap. Polisi berharap kedua tersangka menjadi titik terang untuk menangkap tersangka lain sekaligus mengungkap kasus yang meresahkan warga Tampan.
Namun hasil penyidikan tak mengarah ke sana. Tersangka Iwan mengaku hanya menyodomi seorang korban yang tak lain adalah tetangganya sendiri. Sementara tersangka lain, HR, yang masih berusia 14 tahun menyodomi korban karena terpengaruh film porno.
Kendati demikian, polisi yakin pengakuan dua tersangka dapat membantu polisi menangkap "Robot Gedek" yang masih berkeliaran. Polisi belum menemukan keterkaitan tersangka dengan enam bocah yang tewas. Yang pasti, keduanya bakal dijerat Pasal 82 Undang-undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002 dan Pasal 289 juncto Pasal 293 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dengan ancaman hukuman tiga hingga 15 tahun penjara.
Namun, penangkapan dua tersangka ini tidak lantas membuat warga tenang. Warga tetap ketakutan. Jangan-jangan korban baru "Robot Gedek" adalah buah hati atau kerabat mereka. Apalagi informasi tentang pelaku sangat minim. Seorang korban disergap pelaku di halte angkutan umum mengatakan pelaku mengaku berasal dari Medan, Sumatra Utara. Pelaku bertubuh tinggi dengan perawakan gemuk dan memiliki bekas jerawat di wajah.
Menyikapi kondisi ini, pihak sekolah tidak tinggal diam. Menurut Kepala Sekolah SDN 016 Tampan, Zulkarnaini, pihaknya mulai memperkuat pengamanan siswa antara lain pengawasan yang lebih ketat dan memberi penyuluhan kepada siswa agar berhati-hati terhadap orang yang belum dikenal.(TOZ/Tim Liputan 6 SCTV)