Liputan6.com, London: Perdana Menteri Inggris Tony Blair mengutuk keras pelaku pemboman di Kota London, Inggris. Menurut dia, serangan bom di beberapa kereta bawah tanah itu sebagai tindakan barbar. Dia juga menegaskan, bersama sejumlah pimpinan negara lain akan tetap memerangi terorisme. Pernyataan ini disampaikan Blair sebelum meninggalkan Konferensi Tingkat Tinggi Kelompok Delapan Negara Maju (G-8) di Skotlandia, Kamis (7/7). Usai membacakan kecamannya, Blair langsung terbang ke London.
Pendapat senada juga dilontarkan Presiden Amerika Serikat George Walker Bush, Presiden Prancis Jacques Chirac, dan Perdana Menteri Spanyol Jose Luis Rodriguez Zapatero. Mereka mengutuk dan menyerukan solidaritas antarnegara untuk memerangi terorisme. PM Spanyol juga menawarkan bantuan kepada pemerintah Inggris untuk mengejar para pelaku.
Kecaman keras juga dilontarkan para pemuka muslim di Inggris. Ketua Asosiasi Muslim Inggris Ahmad Syekh menyatakan, serangan yang diklaim Jaringan Al-Qaidah di Eropa itu, mencoreng citra Islam dan membahayakan keselamatan umat Islam [baca: Ledakan Beruntun di London, Dua Tewas].
Menteri Luar Negeri Inggris Jack Straw menyatakan, berdasarkan polanya, serangan itu dilakukan jaringan Al-Qaidah. Tuduhan ini diperkuat pernyataan di sebuah situs internet yang menyatakan bahwa kelompok yang menamakan diri Organisasi Jihad Al-Qaidah di Eropa bertanggung jawab atas serangan bom di London. Namun kebenaran pernyataan itu masih belum bisa diverifikasi [baca: Al-Qaidah Mengaku Mendalangi Peledakan di London].
Sejauh ini, jumlah korban masih simpang siur. Kepolisian London mengungkapkan, hingga tengah malam kemarin (waktu setempat), korban tewas mencapai 37 orang. Sementara Menteri Dalam Negeri Prancis Nicolas Sarkozy mengutip pemerintah Inggris menyatakan, korban tewas berjumlah 50.
Pascaledakan, sejumlah negara merapatkan barisan pertahanan. Di antaranya di Washington D.C., AS. Polisi bersenjata lengkap bersama anjing pelacak bom terlihat menjaga stasiun kereta bawah tanah dan terminal bus. Polisi bahkan memeriksa hingga ke dalam kereta dan meminta penumpang segera melapor bila melihat sesuatu yang mencurigakan. Maklum, sistem transportasi di sana rata-rata melayani 1,2 juta penumpang setiap hari.
Di Madrid, Spanyol, pengamanan bahkan ditingkatkan hingga level siaga penuh. Tentara dan unit-unit kepolisian segera dikerahkan mengawasi bandar udara, stasiun kereta, dan pusat-pusat perbelanjaan. Pengamanan ekstra ketat terlihat di Stasiun Atocha yang juga stasiun kereta terbesar di Madrid. Sejumlah polisi dibantu anjing pelacak bahan peledak terlihat siaga. Dalam stasiun yang pernah diserang bom ini juga diberlakukan larangan untuk mengoperasikan kamera televisi.(YAN/Tim Liputan 6 SCTV)
Pendapat senada juga dilontarkan Presiden Amerika Serikat George Walker Bush, Presiden Prancis Jacques Chirac, dan Perdana Menteri Spanyol Jose Luis Rodriguez Zapatero. Mereka mengutuk dan menyerukan solidaritas antarnegara untuk memerangi terorisme. PM Spanyol juga menawarkan bantuan kepada pemerintah Inggris untuk mengejar para pelaku.
Kecaman keras juga dilontarkan para pemuka muslim di Inggris. Ketua Asosiasi Muslim Inggris Ahmad Syekh menyatakan, serangan yang diklaim Jaringan Al-Qaidah di Eropa itu, mencoreng citra Islam dan membahayakan keselamatan umat Islam [baca: Ledakan Beruntun di London, Dua Tewas].
Menteri Luar Negeri Inggris Jack Straw menyatakan, berdasarkan polanya, serangan itu dilakukan jaringan Al-Qaidah. Tuduhan ini diperkuat pernyataan di sebuah situs internet yang menyatakan bahwa kelompok yang menamakan diri Organisasi Jihad Al-Qaidah di Eropa bertanggung jawab atas serangan bom di London. Namun kebenaran pernyataan itu masih belum bisa diverifikasi [baca: Al-Qaidah Mengaku Mendalangi Peledakan di London].
Sejauh ini, jumlah korban masih simpang siur. Kepolisian London mengungkapkan, hingga tengah malam kemarin (waktu setempat), korban tewas mencapai 37 orang. Sementara Menteri Dalam Negeri Prancis Nicolas Sarkozy mengutip pemerintah Inggris menyatakan, korban tewas berjumlah 50.
Pascaledakan, sejumlah negara merapatkan barisan pertahanan. Di antaranya di Washington D.C., AS. Polisi bersenjata lengkap bersama anjing pelacak bom terlihat menjaga stasiun kereta bawah tanah dan terminal bus. Polisi bahkan memeriksa hingga ke dalam kereta dan meminta penumpang segera melapor bila melihat sesuatu yang mencurigakan. Maklum, sistem transportasi di sana rata-rata melayani 1,2 juta penumpang setiap hari.
Di Madrid, Spanyol, pengamanan bahkan ditingkatkan hingga level siaga penuh. Tentara dan unit-unit kepolisian segera dikerahkan mengawasi bandar udara, stasiun kereta, dan pusat-pusat perbelanjaan. Pengamanan ekstra ketat terlihat di Stasiun Atocha yang juga stasiun kereta terbesar di Madrid. Sejumlah polisi dibantu anjing pelacak bahan peledak terlihat siaga. Dalam stasiun yang pernah diserang bom ini juga diberlakukan larangan untuk mengoperasikan kamera televisi.(YAN/Tim Liputan 6 SCTV)