SD Mangunan, Sekolah Rakyat Miskin

Sekolah tersebut menampung anak-anak jalanan, gelandangan, dan anak petani atau buruh. Setiap siswa hanya ditarik uang bulanan sebesar Rp 500 hingga Rp 1.000. Di luar itu, tak ada biaya lain.

oleh Liputan6 diperbarui 22 Jul 2005, 10:16 WIB
Liputan6.com, Yogyakarta: Romo Mangunwijaya telah tiada. Namun, sekolah dasar buat rakyat miskin yang dirintisnya di Berbah, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, tetap hidup. Bahkan keberadaan sekolah itu sepertinya menjadi keharusan di tengah tinggi biaya pendidikan saat ini.

Sekolah Dasar Mangunan--begitu namanya--didirikan pada 1994 untuk menerapkan ide-ide mendiang Romo Mangunwijaya. Sekolah ini menampung anak-anak jalanan, gelandangan, dan anak petani atau buruh. Mereka dididik dengan metode pendidikan modern yang lebih interaktif dan jauh dari indoktrinasi dengan mengadopsi muatan-muatan lokal.

SD Mangunan tidak banyak membebani murid-muridnya. Siswa hanya ditarik uang bulanan sebesar Rp 500 hingga Rp 1.000 tanpa ada biaya lain. Itu pun hanya sebagai bentuk partisipasi agar orang tua dan siswa merasa memiliki sekolah tersebut. Risikonya, pengelola sekolah kerap harus mencari tambahan dana dari luar untuk mencukupi kebutuhan pendidikan. Untungnya, sejak berdiri hingga kini banyak dermawan yang memberikan bantuan.

Pendapatan dari iuran seluruh siswa yang saat ini berjumlah 79 orang tidak sampai seperempat dari seluruh kebutuhan. Meski minim dana, sekolah rakyat miskin ini masih bertahan dan melanjutkan komitmen kepada pendirinya: mencerdaskan kehidupan bangsa. Tidak ada fasilitas bagus di sini. Gedung sekolah yang digunakan masih mengontrak rumah penduduk setempat. Sebanyak lima rumah warga dikontrak selama 10 tahun dan digunakan untuk ruang kelas, ruang guru, dan perpustakaan.(AWD/Wiwiek Susilo)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya