Liputan6.com, Kuala Lumpur: Para panglima angkatan bersenjata dari Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand sepakat untuk melakukan patroli udara bersama untuk mencegah kasus perompakan kapal di sekitar Selat Malaka. Kesepakatan patroli udara empat negara tersebut dibuat di Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (2/8). Patroli udara yang bernama sandi Eyes in The Sky itu akan dilakukan dari gerbang utara Selat Malaka hingga gerbang selatan di dekat Singapura.
Usulan untuk melakukan patroli bersama pernah diajukan Deputi Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Abdul Razak, Juni silam. Sementara itu, Indonesia, Malaysia, dan Singapura telah memulai patroli laut bersama sejak adanya kekhawatiran terhadap ancaman terorisme.
Dalam pertemuan para panglima angkatan bersenjata ini juga dicapai kesepakatan tentang koordinasi patroli laut yang lebih baik, yaitu dengan memberlakukan sistem wajib lapor bagi setiap kapal yang memasuki Perairan Selat Malaka. Kapal-kapal itu wajib melaporkan keberadaannya di sejumlah titik.
Sementara itu, pemerintah Jepang, Amerika Serikat, dan Cina pernah menawarkan bantuan patroli tersebut, namun ditolak. Gagasan membentuk satuan pengaman swasta yang dipersenjatai untuk mengamankan kapal-kapal yang melalui Selat Malaka juga ditolak karena dianggap berpotensi menimbulkan masalah di kemudian hari.(ZIZ/Ijx)
Usulan untuk melakukan patroli bersama pernah diajukan Deputi Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Abdul Razak, Juni silam. Sementara itu, Indonesia, Malaysia, dan Singapura telah memulai patroli laut bersama sejak adanya kekhawatiran terhadap ancaman terorisme.
Dalam pertemuan para panglima angkatan bersenjata ini juga dicapai kesepakatan tentang koordinasi patroli laut yang lebih baik, yaitu dengan memberlakukan sistem wajib lapor bagi setiap kapal yang memasuki Perairan Selat Malaka. Kapal-kapal itu wajib melaporkan keberadaannya di sejumlah titik.
Sementara itu, pemerintah Jepang, Amerika Serikat, dan Cina pernah menawarkan bantuan patroli tersebut, namun ditolak. Gagasan membentuk satuan pengaman swasta yang dipersenjatai untuk mengamankan kapal-kapal yang melalui Selat Malaka juga ditolak karena dianggap berpotensi menimbulkan masalah di kemudian hari.(ZIZ/Ijx)