Penjualan Atribut Merah Putih di Aceh Marak

Para penjual bisa berjualan dengan bebas tanpa perlu takut lagi terhadap pengaruh maupun tekanan dari GAM. Saat awal hingga masa Darurat Militer, cuma sedikit warga yang berani menjual bendera merah putih.

oleh Liputan6 diperbarui 12 Agu 2005, 15:07 WIB
Liputan6.com, Banda Aceh: Situasi keamanan di Nanggroe Aceh Darussalam mulai normal. Perubahan positif di Tanah Rencong berdampak kepada maraknya penjahit dan penjual atribut bendera merah putih. Para penjual bisa berjualan dengan bebas tanpa perlu takut lagi terhadap pengaruh maupun tekanan dari pihak Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Demikian pemantauan SCTV di Banda Aceh, NAD, baru-baru ini.

Saat awal hingga masa Darurat Militer cuma sedikit warga yang berani menjual atribut bendera merah putih. Keadaan ini diakui para pedagang. Saat itu mereka harus membeli atau memesan langsung kain warna merah dan putih hingga ke Kota Medan, Sumatra Utara. Sebab, waktu itu cuma sebagian kecil toko bahan pakaian di Lhokseumawe, NAD, yang menjual kain tersebut. Namun mereka masih mengeluh soal turunnya omzet. Ini lantaran banyaknya pedagang yang menjual pernak-pernik bendera merah putih.

Pulihnya keamanan di Tanah Rencong juga sangat mempengaruhi roda perekonomian. Salah satu bukti adalah padatnya penumpang bus dari Banda Aceh ke Medan, Sumatra Utara atau sebaliknya. Alhasil, rute bus Medan-Banda Aceh berubah menjadi jalur padat. Jadwal keberangkatan bus rute ini pun meningkat tajam menjadi 10 kali per hari [baca: Aceh Aman].(AIS/Muhammad Nasier dan Muhammadan)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya