Pencegahan DBD Dinilai Setengah Hati

Menkes Siti Fadilah Supari mengatakan bahwa fogging tidak perlu dilakukan selama perkembangan jentik nyamuk dapat dicegah. Sementara pengasapan massal tidak mungkin dilakukan setiap minggu karena biayanya cukup mahal.

oleh Liputan6 diperbarui 16 Okt 2005, 19:56 WIB
Liputan6.com, Jakarta: Pencegahan wabah demam berdarah terkesan dilakukan setengah hati. Kerja pemantauan jentik nyamuk atau jumantik yang mestinya rutin dilakukan setiap pekan sebagai langkah pencegahan ternyata tidak berjalan. Padahal, kondisi cuaca pancaroba saat ini menjadi masa subur bagi perkembangan nyamuk demam berdarah. Fogging atau pengasapan juga tidak ada artinya bila jentik nyamuk tetap tumbuh subur.

Berdasarkan pantauan SCTV, di Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (15/10), pemantauan jentik dan pengasapan tidak dilakukan petugas sama sekali. Padahal, pihak Kecamatan Tebet sudah menginstruksikan fogging serentak untuk 10 kelurahan langganan demam berdarah. Sementara warga yang sudah menunggu pengasapan, hanya menelan kekecewaan.

Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari juga mengatakan bahwa fogging tidak perlu dilakukan selama perkembangan jentik nyamuk dapat dicegah. Ia juga menegaskan fogging massal tidak mungkin dilakukan setiap saat. Sebab, biayanya cukup mahal.

Informasi yang dihimpun SCTV, sepanjang tahun ini wabah demam berdarah di 14 provinsi telah merenggut lebih dari 700 korban jiwa. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pencegahan wabah demam berdarah tersebut tidak serius dan sistematis. Akibatnya, korban serangan nyamuk Aedes aegypti akan terus bertambah dari tahun ke tahun.

Di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, Jakarta Timur, korban wabah demam berdarah terus bertambah. Jumlah pasien penderita demam berdarah di rumah sakit saat ini ada 58 orang. Seluruh pasien itu tidak semuanya mendapat pelayanan di ruang perawatan. Sebanyak 15 pasien dewasa terpaksa menjalani perawatan di selasar atau lorong-lorong rumah sakit dengan menggunakan veldbed atau ranjang lipat.

Dari 58 pasien itu di antaranya Rilinka (8 tahun) dan Nurliza Efita (12 tahun). Keduanya masih terbaring lemah di Ruang intensive care unit (ICU) dan sedang mendapat perawatan khusus karena mengalami pendarahan lambung sejak pertama masuk rumah sakit.

Kendati demikian, kondisi kesehatan Rilinka saat ini sedikit lebih baik dibandingkan saat sebelum masuk rumah sakit. Ia sebelumnya sempat mengalami demam tinggi dan muntah darah. Nurliza yang dirawat di RSUD Pasar Rebo sejak sepekan lalu kondisinya juga sudah membaik. Akan tetapi, keduanya masih memerlukan bantuan pernapasan, infus dan selang nutrisi karena belum diperbolehkan mengkonsumsi makanan.

Sementara di Rumah sakit Budhi Asih hingga hari ini masih merawat 36 pasien demam berdarah yang didominasi pasien anak-anak. Terbatasnya tempat tidur dan ruang perawatan membuat sembilan pasien dirawat dengan veldbed dan ditempatkan di selasar rumah sakit. Dalam sepekan terakhir, jumlah pasien demam berdarah yang masuk ke RS Budhi Asih cenderung meningkat. Rata-rata dalam sehari jumlah pasien baru yang datang jumalh mencapai 10 orang [].

Maya Rosdiana adalah salah satu pasien di RS Budhi Asih yang masuk pada 13 Oktober silam. Saat itu, ia mendatangi RS Budhi Asih dalam kondisi kritis. Namun, karena keterbatasan tempat di Ruang ICU membuat bocah 7 tahun ini terpaksa dirawat di ruang rawat biasa. Beruntung setelah dirawat empat hari kondisi Maya berangsur membaik, walaupun masih harus menggunakan selang nutrisi karena belum diperbolehkan mengkonsumsi makanan.

SCTV yang melakukan pemantauan terhadap lingkungan korban demam berdarah mencoba mendatangi rumah Maya di Depok, Jawa Barat. Di tempat tinggal Maya sebetulnya bukan daerah langganan demam berdarah. Akan tetapi, kondisi lingkungan setempat sangat kotor dan kumuh. Hal ini sepertinya yang membuat Maya dan empat orang lainnya harus dirawat di rumah sakit akibat menderita demam berdarah dalam tiga bulan terakhir.

Kondisi lingkungan yang kotor dan keterbatasan ekonomi keluarga Maya ini membuat Usman, ayah Maya, yang sehari-hari menjadi tukang becak tidak bisa berbuat banyak. Sementara warga di sekitar rumah Maya saat ini sudah khawatir dengan wabah demam berdarah ini.

Siang tadi, di lingkungan tersebut dilakukan pengasapan secara swadaya. Hal itu dilaksanakan warga karena kalau menunggu fogging dari dinas kesehatan setempat membutuhkan waktu lama. Sementara pengasapan dari Dinkes Depok terakhir dilakukan Februari silam.

Saat ini, wabah demam berdarah juga telah meluas ke sejumlah daerah di Sukabumi dan Bandung, Jabar. Jumlah pasien demam berdarah di Sukabumi yang dirujuk ke rumah sakit setempat telah mencapai ratusan orang. Sementara pasien demam bedarah di Rumah Sakit Al-Islam, Bandung, saat ini sebanyak 34 orang dari sebelumnya 90 pasien.(ZIZ/Tim Liputan 6 SCTV)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya