Pengamanan Jakarta Diperketat

Setelah Doktor Azahari terbunuh, pengamanan di Jakarta terus ditingkatkan. Sejumlah polisi berpakaian preman disebar. Antara lain di Terminal Rawamangun, beberapa pusat perbelanjaan, dan kedubes negara asing.

oleh Liputan6 diperbarui 11 Nov 2005, 01:44 WIB
Liputan6.com, Jakarta: Pascaterbunuhnya Doktor Azahari bin Husin, pengamanan Kota Jakarta terus ditingkatkan. Ini mengingat masih ada buronan teroris kelas kakap lainnya, yakni Noordin Muhammad Top dan pengikutnya yang bebas berkeliaran [baca: Akhir Petualangan Doktor Pencabut Nyawa].

Pihak Kepolisian Daerah Metro Jaya telah menambah 120 personel Brigade Mobil. Mereka disebar di sejumlah lokasi, sejak Kamis (10/11). Agar pengamanan tak terlalu mencolok, para petugas itu berpakaian preman.

Di Terminal Rawamangun, Jakarta Timur, misalnya. Sejumlah polisi berpakaian biasa disebar guna mengawasi gerak-gerik penumpang yang mencurigakan. Peningkatan pengamanan ini juga terkait Operasi Ketupat 2005 untuk mengamankan suasana arus balik Lebaran di sejumlah terminal di Ibu Kota. Pengamanan khusus juga ditingkatkan di beberapa pusat perbelanjaan dan kedutaan besar negara asing seperti Kedubes Australia di kawasan Kuninga, Jakarta Selatan.

Sementara di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten, siang tadi, ditemukan sebuah benda mirip bom. Benda ini dilengkapi detonator kabel dan tabung bahan peledak. Adalah Samsudin, pegawai pencucian mobil di lingkungan bandara, yang menemukannya. Benda itu berada di bawah jok mobil yang akan dibersihkannya. Temuan ini kemudian dilaporkan Samsudin ke Kepolisian Resor Khusus Bandara Soekarno-Hatta.

Kepala Polres Bandara Soekarno-Hatta Ajun Komisaris Besar Polisi Tedjo Subagyo kemudian membawa benda tersebut untuk diperiksa Tim Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) Brimob Polda Metro Jaya. Sedangkan pengendara mobil bernama Aryadi diperiksa polisi.

Aryadi mengatakan, benda itu adalah model bom yang digunakan sebagai alat peraga dalam latihan antiterorisme di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, 28 Oktober silam. Ketika dikonfirmasi, staf Hubungan Masyarakat Hotel Mulia Dodi Haryanto membenarkan keterangan Aryadi. Hasil pemeriksaan tim Jihandak, Kamis petang, juga menunjukkan benda itu bukan bom sungguhan.

Sementara beberapa warga Ibu Kota mengaku masih belum merasa aman meski Azahari dipastikan tewas. Mereka mengatakan, kurang yakin yang meninggal di Kota Batu, Jawa Timur, Rabu petang, adalah benar-benar teroris wahid itu. Mereka mengkhawatirkan pula masih ada teroris lainnya yang bakal beraksi [baca: Azahari Dipastikan Tewas].(DNP/Tim Liputan 6 SCTV)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya