Kasus Gizi Buruk di NTT Bertambah

RSUD Atambua, NTT, merawat empat bayi penderita malnutrisi yang tidak terdaftar dalam data kejadian luar bisa gizi buruk di NTT per 6 Juni-6 Agustus. Salah satu bayi hanya diberi kuah sayur.

oleh Liputan6 diperbarui 14 Des 2005, 18:57 WIB
Liputan6.com, Atambua: Empat bayi berusia di bawah lima tahun tergolek lemah di rumah sakit karena menderita gizi buruk. Salah satunya adalah Gradiana Seran. Bocah ini terlihat kepayahan menangis menahan sakit. Berat bayi yang belum genap berusia tiga tahun itu tidak lebih dari lima kilogram dan hanya tinggal tulang yang terbungkus kulit. Paulus, ayah Gradiana, mengaku putra kecilnya sakit-sakitan sejak air susu ibunya tidak keluar. "Gradiana sudah dirawat selama dua minggu," kata Paulus di Atambua, Rabu (14/13).

Setelah berhenti ASI, Gradiana hanya diberi kuah sayur sebagai pengganti susu. Paulus yang bekerja sebagai petani memang tidak punya uang untuk membeli susu bayi. Kondisi ekonominya sangat minim. Selain merawat Gradiana, Rumah Sakit Umum Daerah Atambua juga merawat tiga balita penderita gizi buruk lain. Mereka belum terdaftar dalam data kejadian luar biasa gizi buruk di NTT sejak 6 Juni sampai 6 Agustus.

Sejak gizi buruk dikategorikan kasus luar biasa, pemerintah NTT mendapat dana Rp 3,6 miliar untuk pemberian makanan tambahan dan pengaktifan pos pelayanan terpadu. Namun, kenyataannya, program perbaikan gizi anak-anak ini belum mampu menghilangkan penderita gizi buruk.

Nisa juga menderita gizi buruk seperti Gradiana. Namun, kondisi bungsu dari empat bersaudara ini membaik setelah mendapat bantuan susu dari posyandu di Desa Bakung, Kecamatan Kronjo, Tangerang. Tapi, susu bantuan baru diterima Senin silam. Padahal, Mafiroh, ibunda Nisa, sudah mendengar informasi dari tetangga bahwa penderita gizi buruk akan menerima bantuan susu dan roti dari pemerintah. Nisa memang mendapat roti sebulan dua kali tapi bukan dari posyandu.

Mafiroh menambahkan, setelah Nisa mendapat susu, banyak orang tua penderita gizi buruk yang ke posyandu untuk meminta jatah susu yang belum rutin diberikan.

Semula Nisa didiagnosis kekurangan gizi. Karena berat badannya turun beberapa kilo, status kesehatan Nisa kemudian menurun menjadi gizi buruk. Selama ini, Mafiroh berobat gratis karena memiliki kartu sehat. Karena dia dan suaminya tidak punya pekerjaan, ibu empat anak ini tidak bisa memberikan makanan tambahan buat putri kecilnya.

Mafiroh berharap mendapatkan pengobatan gratis jika keluarganya sakit. "Soalnya, mau pinjam, pinjam ke siapa, mau minta, minta ke siapa," kata perempuan berkerudung. Padahal, dia juga seperti orang lain yang bisa membawa anaknya ke dokter dan diobati hingga sembuh. Selama ini, dia hanya meminta susu dari bidan. Dan dia belum pernah berobat ke puskesmas meski kata tetangganya gratis.

Nisa termasuk di antara ribuan anak yang menderita malnutrisi di Kabupaten Tangerang, yang berjarak cukup dengan pusat pemerintahan. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang menunjukkan sekitar 1.120 anak di bawah lima tahun yang menderita gizi buruk [].(TNA/Tim Liputan 6 SCTV)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya