Korban Tewas Ledakan di Palu Menjadi Tujuh

Ketujuh korban tewas dibawa ke RS Bhayangkara Kepolisian Sulteng. Polisi juga menangkap seseorang yang diduga pelaku pengeboman. Polisi mencurigai tersangka yang bergegas kabur dari lokasi sesaat usai ledakan.

oleh Liputan6 diperbarui 31 Des 2005, 12:36 WIB
Liputan6.com, Palu: Jumlah korban tewas dalam ledakan bom di Pasar Maesa, Jalan Sulawesi, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (31/12), bertambah menjadi tujuh orang. Mereka antara lain pasangan penjual daging Yopy dan Memey Mononogi serta anggota intelijen Komando Resor Militer Palu. Lima lainnya, yakni Agustina, Manto, Bambang dan Sersan Kepala Tasman serta istrinya, Posalina. Mereka yang meninggal dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah dan Rumah Sakit Umum Daerah Undata, Kota Palu .

Selain itu, sedikitnya 47 orang luka-luka, enam di antaranya cedera berat. Bahkan seorang di antaranya terancam diamputasi. Menurut Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Polri Inspektur Jenderal Paulus Purwoko, 20 orang di antara mereka dilarikan ke RSUD Undata. Sedangkan enam lainnya dirawat di RS Bhayangkara. Sisanya dirawat di RS Budi Agung dan RS Bala Keselamatan. Korban tewas maupun luka-luka umumnya adalah warga yang terdiri dari penjual maupun pembeli.

Kepolisian setempat juga menangkap seseorang yang diduga pelaku pengeboman pasar daging babi tersebut. Polisi mencurigai tersangka yang bergegas kabur dari lokasi kejadian. Ia melarikan diri sesaat setelah terjadinya ledakan yang terdengar sampai radius satu kilometer tersebut.

Ledakan di Pasar Maesa terjadi di saat sedang ramai pembeli. Menurut saksi mata, Fredy J.A. Dato, sejak pukul 05.00 WITA aktivitas di pasar sudah ramai. Dan, puncak keramaian terjadi pada pukul 07.00 WITA.

Fredy menambahkan, ledakan bom di Pasar Maesa tidak terlalu besar. "Ledakannya tidak terlalu besar. Menurut tim gegana tadi termasuk low explosive," jelas warga Palu itu. Saat mendatangi lokasi kejadian, Fredy melihat kepulan asap dan seng beterbangan ke segala penjuru.

Menyikapi ledakan itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan tiga instruksi yang diungkapkan Juru Bicara Kepresiden Andi Mallarangeng. Presiden Yudhoyono memerintahkan aparat keamanan menyelidiki, menolong, dan mengindentifikasi para korban. SBY--demikian Presiden Yudhoyono kerap disapa--juga mengimbau Menteri Politik, Hukum dan Keamanan Widodo A.S. agar meningkatkan kewaspadaan. Presiden Yudhoyono juga memerintahkan untuk menyelidiki kaitan insiden ini dengan kejadian sebelumnya.

Ketiga instruksi itu disampaikan ketika SBY dan Wakil Presiden Jusuf Kalla sedang berada di Istana Cipanas di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Selain itu pada pukul 14.00 WIB, Presiden Yudhoyono juga akan menyampaikan pidato akhir tahun.

Di sana, SBY-Kalla sedang menggelar rapat kabinet terbatas bidang ekonomi. Hadir dalam rapat tersebut tiga menteri koordinator perekonomian dan Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah. Hingga kini, belum diketahui secara pasti materi pembahasan juga akan membahas insiden di Kota Palu.

Ledakan bom di Pasar Maesa diketahui Presiden Yudhoyono sekitar 20 menit setelah tiba di Istana Cipanas. Berita tersebut diterima SBY sekitar pukul 07.10 WIB. Presiden pun langsung menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga para korban.

Sementara Kadiv Humas Polri Paulus Purwoko mengatakan, pihaknya telah mengirim satu tim dari Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri. Tim yang dipimpin langsung Kepala Bareskrim Komisaris Jenderal Polisi Makbul Padmanegara itu akan menangani kasus ledakan bom tersebut.

Sejauh ini, polisi masih menyelidiki bukti-bukti yang diperoleh di lapangan. Polisi belum bisa memastikan ada tidaknya hubungan antara ledakan hari ini dengan berbagai serangan di daerah itu sebelumnya.

Reaksi keras datang dari sejumlah kalangan atas tragedi di Pasar Maesa, Kota Palu. Tiga di antaranya Wakil Ketua MPR Andi Mappetahang Fatwa, cendekiawan muslim Azyumardi Azra, dan Ketua Umum Perwalian Ummat Buddha Indonesia (Walubi) Oka Diputhera.

Menurut A.M. Fatwa, kejadian di Pasar Maesa sangat kental unsur politisnya. Dengan kata lain, bukan dipicu adanya isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). "Karena beratus [atau] berpuluh tahun kita sudah hidup damai baik di Ambon dan di Poso. Tidak pernah terjadi hal yang demikian," ujar sarjana muda Publisistik itu. Adapun Oka berharap, kepada semua pihak agar bisa lebih meningkatkan kewaspadaan.

Azyumardi lain lagi. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta itu menilai, kejadian tersebut menunjukkan individu-individu kelompok teroris masih berkeliaran di Indonesia.(AIS/Tim Liputan 6 SCTV)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya