Sudharmono Tutup Usia

Mantan Wakil Presiden Sudharmono meninggal dunia pukul 19.40 WIB di RS MMC Kuningan, Jaksel, karena penyakit paru-paru yang sudah lama diderita. Pak Dar akan dimakamkan di TMP Kalibata, besok pagi.

oleh Liputan6 diperbarui 26 Jan 2006, 01:44 WIB
Liputan6.com, Jakarta: Sudharmono meninggal dunia pukul 19.40 WIB di Rumah Sakit MMC Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (25/1). Mantan Wakil Presiden era Presiden Soeharto ini menutup mata karena penyakit paru-paru yang diderita. Pria kelahiran Gresik, Jawa Timur, 12 Maret 1927, meninggalkan seorang istri, Emma Norma, lima anak, dan 12 cucu. Rencananya, jenazah Sudharmono dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dengan inspektur upacara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, besok pagi.

Jenazah wapres periode 1988-1993 ini dibawa ke rumah duka di kawasan Senopati, Jakarta. Mantan Presiden Soeharto hadir menyampaikan belasungkawa kepada keluarga pria yang akrab disapa Pak Dar ini. Penguasa Orde Baru itu datang bersama putri sulungnya, Siti Hardiyanti Rukmana. Sejumlah mantan pejabat era Soeharto juga melayat, seperti bekas Menteri Penerangan Harmoko.

Sudharmono dirawat di RS MMC sejak 10 Januari silam []. Kondisinya terus merosot. Sebelumnya, Sudharmono sempat dirawat di rumah sakit di Singapura, namun kondisinya tidak kunjung pulih. Hingga akhir hayat, Sudharmono masih mengurus sejumlah yayasan milik Soeharto, di antaranya Yayasan Darmais dan Supersemar.

Sudharmono memulai karier sebagai tentara. Sebagai serdadu, Pak Dar lebih banyak menghabiskan waktunya sebagai tentara jaksa. Hubungan Sudharmono makin dekat dengan Soeharto setelah menjabat Menteri Sekretaris Negara selama 15 tahun sejak 1973.

Di bidang politik, Sudharmono memulai sepak terjangnya di Golongan Karya. Pada Musyawarah Nasional ketiga Golkar, Okober 1983, dia terpilih sebagai Ketua Umum Golkar periode 1983-1988. Kemenangan telak Golkar pada Pemilihan Umum 1987 mengantarkan Sudharmono menjadi orang nomor dua di republik ini. Selama menjadi Wapres, dia membentuk tromol pos 5000 sebagai sarana pengawasan rakyat.

Walau tidak memangku jabatan publik, Pak Dar masih aktif memperhatikan kelangsungan Partai Golkar. Dalam munas terakhir partai beringin di Denpasar, Bali, Desember 2004, Sudarmono memberikan dukungan pada Jusuf Kalla. Dia berpendapat keputusan Akbar Tandjung--Ketua Umum Golkar saat itu--mendukung pasangan Megawati Sukarnoputri-Hasyim Muzadi sebagai keputusan politik yang salah. Kini, pria yang dikenal sebagai administratur yang baik dan seorang nasionalis ini telah menghadap Sang Pencipta. Selamat jalan Pak Dar.(TNA/Heru Sutimbul dan Akem)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya