Pria yang menjabat sebagai Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumbar ini setiap harinya berhadapan dengan hama tanaman. Pasalnya, setiap ada hama menyerang lahan pertanian di Sumbar, Djoni langsung terjun ke lapangan untuk meneliti dan mencari obatnya.
Menurut insinyur pertanian jebolan Universitas Andalas Padang ini, banyaknya hama yang menyerang lahan pertanian karena para petani salah memperlakukan lahannya. Yakni, sering memberikan pupuk anorganik seperti pestisida dan urea. Dikarenakan melihat ketergantungan petani tersebut, ia akhirnya mendirikan Pusat Studi dan Pabrik Pupuk yang khusus melakukan uji coba atas bahan alami.
Advertisement
Di pabrik tersebut, dia mengembangkan pupuk kandang dari kotoran kambing, pupuk thetonia dari tanaman thetonia atau tanaman bungo pahit, dan pupuk kompos. Menurut Djoni, pupuk dari kotoran kambing adalah terobosan yang cukup populer untuk memberantas hama dan menyuburkan tanaman petani. Pupuk ini juga sangat ekonomis, tambah dia.
Berdasarkan penelitian Laboratorium Fakultas Pertanian Unand, tahi kambing ini mengandung senyawa bioaktif hara makro yang cukup tinggi sehingga menjadi pupuk yang berkualitas baik. Untuk satu hektare tanah pertanian hanya diperlukan 10 ekor kambing untuk diambil kotorannya.
Hasil penelitian yang dilakukan Djoni bersama stafnya memang menjanjikan. Menurut salah seorang petani asal Aia Angek, Padang, tanaman brokolinya lebih bagus ketimbang memakai pupuk urea. Kini, setelah kualitas tanaman tersebt lebih bagus, petani di kawasan Aia Angek mulai berangsur meninggalkan pupuk anorganik. Ini terlihat setelah pemakaian pupuk urea diganti kotoran kambing, pestisida diganti pupuk thetonia.(ZIZ/Tim Liputan 6 SCTV)