Umat Hindu Bali Menggelar Malam <i>Pengrupukan</i>

Peserta ritual mengarak ogoh-ogoh yang merupakan patung simbol untuk mengusir roh jahat dari muka bumi. Patung yang diarak terdiri dari berbagai tema, seperti Piala Dunia 2006 dan penolakan RUU APP.

oleh Liputan6 diperbarui 30 Mar 2006, 02:07 WIB
Liputan6.com, Denpasar: Ratusan umat Hindu Bali, Rabu (29/3) malam, mengikuti ritual malam pengrupukan atau perayaan menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1928. Mereka mengarak ogoh-ogoh (patung yang terbuat dari kayu, bambu, atau kertas). Ogoh-ogoh ini adalah simbol untuk mengusir roh jahat dari muka bumi.

Sebenarnya, pembuatan ogoh-ogoh kali ini dilarang pemerintah daerah setempat. Sebaliknya, model dan tema ogoh-ogoh justru beragam. Di antaranya bertema penolakan Rancangan Undang-undang Antipornografi dan Pornoaksi (RUU APP), demam berdarah, bahkan Piala Dunia 2006. Model patung wanita yang hanya mengenakan pakaian dalam juga ikut diarak.

Sementara itu, pelabuhan penyeberangan di Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur mulai pukul 23.00 WIB tadi ditutup. Penutupan ini untuk menghormati umat Hindu Pulau Dewata yang sedang merayakan Nyepi. Berdasarkan pantauan pihak pelabuhan, sejak dua hari silam, arus penyeberangan dari Gilimanuk menuju ke Ketapang meningkat hingga 20 persen.

Perayaan menjelang Nyepi tak hanya berlangsung di Bali. Di Papua, sekitar 400 umat Hindu menggelar upacara Melasti atau persiapan menyongsong Nyepi di Pura Agung, Jalan Raya Abepura-Sentani, Jayapura. Upacara ini dipercaya sebagai penyucian alam semesta melalui samudra yang mampu melebur segala kotoran dan penderitaan di dunia [baca: Umat Hindu se-Jabotabek Menggelar Melasti].(JUM/Tim Liputan 6 SCTV)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya