Hadijah Noho Tetap Mengayuh Becak

Panasnya sinar matahari tidak menyurutkan tekad Hadijah Noho untuk mengayuh becaknya. Guna menambah penghasilan, wanita paruh baya ini juga menjajakan rokok.

oleh Liputan6 diperbarui 22 Apr 2006, 19:02 WIB
Liputan6.com, Gorontalo: Berprofesi sebagai pengayuh becak bukanlah cita-cita Hadijah Noho. Kebutuhan hidup membuat dia terpaksa melakoni pekerjaan yang biasanya dilakukan kaum laki-laki tersebut. Setiap hari, Hadijah terus mengayuh kendaraan roda tiga itu mengitari jalan-jalan di kota Gorontalo tanpa henti. Sebab, pendapatan sang suami yang bekerja sebagai petani musiman tidak pernah bisa mencukupi kebutuhan Hadijah dan seorang anak mereka.

Ramainya becak bermotor atau bentor yang menjadi alat transportasi utama masyarakat Gorontalo membuat Hadijah jarang mendapatkan penumpang. Untuk menambah penghasilan, dia menyambi menjajakan rokok. Dari usaha itu, wanita paruh baya ini mampu membawa pulang uang sebesar Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu per hari. Jumlah itu hanya cukup untuk makan dan biaya sekolah anaknya.

Demi tuntutan kebutuhan hidup membuat Hadijah tak pernah mengecap manisnya Hari Kartini yang jatuh setiap 21 April. Bahkan dia sama sekali tak pernah memikirkan hari bersejarah itu. Apalagi memperingatinya. Padahal, kaum perempuan yang tentunya sudah mapan, pasti akan memanfaatkan momen ini sebagai bentuk aktualisasi diri: kaum perempuan sederajat dengan laki-laki seperti yang dicita-citakan Raden Ajeng Kartini.(BOG/Syamsyu Panna)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya