Banjir Kalsel dan Sulsel Ulah Manusia

Berdasarkan data Walhi laju kerusakan hutan di Tanah Air adalah 3,4 juta hektare per tahun. Kalimantan adalah daerah yang kawasan hutannya sudah berubah fungsi dan mengalami kerusakan parah.

oleh Liputan6 diperbarui 28 Jun 2006, 18:32 WIB
Liputan6.com, Jakarta: Musibah banjir yang melanda sebagian wilayah Indonesia Timur dan Tengah disebabkan kurangnya pengendalian lingkungan oleh masyarakat dan pemerintah. Berdasarkan data Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) laju kerusakan hutan di Tanah Air adalah 3,4 juta hektare per tahun dari luas hutan di Indonesia.

"Kalimantan adalah salah satuh daerah yang kawasan hutannya sudah beralih fungsi, sehingga sistem aliran sungainya mengalami kerusakan yang serius dan kritis," kata Ketua Walhi Chalid Muhammad di Jakarta, baru-baru ini. Oleh karena itu, bencana banjir bandang yang terjadi di Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan sebenarnya ulah manusia [].

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) mengatakan setelah daerah tadah hujan itu berubah fungsi maka tidak bisa lagi menyerap air. Sebab pihak BMG mencatat curah hujan di dua daerah itu masih dalam batas wajar. "Pola anginnya sama, angin dari timur dan curah hujannya hampir sama seperti tahun lalu," kata Kepala Sub Diretorat Informasi Meteorologi Publik BMG Ahmad Zakir. Selain itu, air yang turun dari langit ke kepermukaan tidak dapat lagi diserap ke tanah dan 80 persennya mengalir ke sungai.(ZIZ/Tim Liputan 6 SCTV)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya