Kepanikan tidak hanya melanda warga, tim Search and Rescue dan anggota TNI yang sedang mengevakuasi jenazah juga ikut panik dan berhamburan melarikan diri. Kepanikan masyarakat ini menimbulkan kemacetan di pintu masuk Alun-Alun Pantai Pangandaran.
Namun menurut laporan reporter SCTV Cindy Agustina, kabar adanya tsunami susulan ini hanya isu belaka. Warga panik karena merasa trauma melihat tingginya gelombang laut yang telah melululantakkan rumah mereka, Senin silam. Meski begitu sampai saat ini warga yang mengungsi belum mau kembali ke wilayah pantai. Mereka masih khawatir dengan kemungkinan terjadinya tsunami.
Advertisement
Pantai Barat Pangandaran memang termasuk wilayah yang paling parah dilanda tsunami. Gelombang laut setinggi tiga meter merusakkan hampir 75 persen bangunan yang ada di pesisir pantai [baca: Pangandaran Diterjang Gempa dan Tsunami].
Kabar adanya tsunami susulan juga dibantah Badan Meteorologi dan Geofisika. Berdasarkan pantauan BMG, gempa susulan hingga hari ini memang masih terus terjadi. Gempa terakhir terjadi pukul 09.45 WIB pagi tadi dengan kekuatan 4,8 skala Richter. Gempa dirasakan di wilayah Pantai Selatan Pulau Jawa di sekitar Pangandaran. Gempa tersebut terjadi karena pertemuan lempeng Eurasia dan Indoaustralia. BMG memperkirakan gempa susulan masih akan terjadi dalam beberapa hari ke depan. Tapi kekuatan dan frekuensinya menurun.
Sementara itu, tiga hari pascagempa dan tsunami, banyak warga yang masih mencari sanak saudaranya yang hilang. Mereka juga mendatangi Balai Desa Pangandaran untuk mengenali mayat-mayat yang dievakuasi tim SAR [baca: Korban Tewas Tsunami Mencapai 440 Orang].
Kartem, salah seorang warga, tak mampu menahan tangis setelah mengetahui keponakannya sudah terbaring kaku menjadi mayat. Sebelum ditemukan tewas, Ari dilaporkan menghilang dua hari pascagempa. Tapi kepedihan yang menyesakkan lebih dirasa Turiman, ayah Ari. Dia baru menerima kabar buruk ini dari istrinya yang selamat. Saat kejadian, Turiman tengah mencari ikan di laut.
Nasib serupa juga dialami Dayusman. Dia juga kehilangan anak satu-satunya. Menurut Dayusman, saat gelombang tsunami setinggi tiga meter menghantam pesisir pantai anaknya tengah bermain di pinggir pantai. Jasadnya baru ditemukan dua hari kemudian di Masjid Agung Pangandaran setelah dievakuasi tim SAR.(IAN/Tim Liputan 6 SCTV)