Kraton Cirebon Menggelar Upacara Pengantin Kebesaran

Upacara adat pengantin kebesaran Kraton Kasepuhan Cirebon digelar di kompleks kraton tersebut. Ini merupakan pernikahan antara Irma Nurpatria Lestari, putri Raden Surahen dengan Charis Riwayanto Arief.

oleh Liputan6 diperbarui 23 Jul 2006, 13:30 WIB
Liputan6.com, Cirebon: Kraton Kasepuhan Cirebon menggelar upacara adat pengantin kebesaran, belum lama ini. Upacara adat ini adalah salah satu upaya melestarikan budaya lokal yang kini jarang dilakukan di Kraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat. Pernikahan antara warga Gresik, Jawa Timur, dengan keturunan Kraton Kasepuhan ini sekaligus mengulang sejarah bersatunya Cirebon dan Gresik dalam Kerajaan Demak dan Cirebon beberapa abad silam.

Upacara pernikahan antara Irma Nurpatria Lestari, putri Raden Surahen dengan Charis Riwayanto Arief, warga Gresik, ini berlangsug dengan khidmat. Prosesi pernikahan diawali dengan akad nikah di Masjid Sang Cipta Rasa yang berada di Kompleks Kraton Kasepuhan.

Akad nikah ini ditutup dengan acara sungkeman kepada orang tua kedua mempelai dan Sultan Sepuh Kraton Kasepuhan Maulana Pakuningrat. Setelah itu pasangan pengantin menuju bangsal pergelaran di Pendopo Kraton, tempat digelar prosesi upacara adat pengantin kebesaran.

Sebelum memasuki bangsal pergelaran terlebih dahulu dilakukan upacara adat kraton yang disebut Mapag Pengantin di depan gapura kraton. Para tumenggung beserta 20 prajurit pengawal sultan dan pengunjung lainnya menyambut kedua mempelai di gerbang tersebut.

Kedua mempelai selanjutnya diarak para prajurit dengan diiringi Tari Lenyep atau Tari Tabur Bunga menuju bangsal pergelaran. Di tempat itu, Sultan Sepuh memberikan pug-pugan kepada kedua mempelai sebelum dipersilakan duduk di pelaminan. Pug-pugan merupakan simbol kelanggengan rumah tangga kedua mempelai dan rezeki yang akan mereka peroleh selama berkeluarga.

Sebagai ungkapan kegembiraan para putri-putri kraton menampilkan Tari Bedhaya Sekar Kaputren. Tarian ini diiringi dengan lagu-lagu Cirebonan seperti Ombak Banyu atau Monggang. Lagu tersebut merupakan lambang kerukunan kedua mempelai. Harapan akan terciptanya kerukunan dalam mengarungi bahtera rumah tangga ini dipertegas dalam beberapa petuah yang diungkapkan dalam bentuk puji-pujian oleh para tokoh Kraton Kasepuhan Cirebon.(ZIZ/Ridwan Pamungkas).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya