Liputan6.com, Palembang: Bencana kabut asap dan pembakaran lahan serta hutan di berbagai daerah kembali dibahas dalam rapat kabinet yang dipimpin langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta, Jumat (25/8) petang. Tadi pagi, Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat juga membahas hal yang sama dalam sebuah rapat tertutup antarmenteri [baca: Rapat Antarmenteri Membahas Kabut Asap].
Salah satu hasil rapat yang dipimpin Menko Kesra Aburizal Bakrie ini adalah pemerintah akan membuat hujan buatan serta bom air untuk memadamkan api di Kalimantan dan Sumatra. Penggunaan bom air berisi 3.000 liter air akan melibatkan dua pesawat jenis Hercules. Sebanyak lima wilayah akan menjadi prioritas pemadaman, yaitu Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Tengah serta Kalimantan Barat.
Menurut rencana penyebaran bom air di wilayah Pekanbaru, Riau, akan dilaksanakan besok pagi. "Hujan buatan tidak bisa 100 persen memadamkan api, tapi mudah-mudahan dapat mengurangi kobaran api," Aburizal menjelaskan usai rapat di kantornya.
Sedangkan upaya jangka pendek maupun panjang yang melibatkan polisi, Kejaksaan Agung serta masyarakat juga akan dilakukan. Di antaranya dengan melaksanakan sistem peringatan dini titik api.
Terkait soal pelaku pembakaran, pemerintah juga telah mengumpulkan barang bukti dari tujuh perusahaan di Riau serta Kalbar. "Yang melakukan pembakaran adalah warga di sana," ujar Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar.
Sementara itu pembakar hutan yang menyebabkan bencana kabut asap di Sumatra mulai ditangkap polisi. Sadimin misalnya, belum lama berselang, ditetapkan polisi sebagai tersangka dalam kasus pembakaran lahan di desanya seluas 12 hektare. Sekretaris Desa Sukatani, Kecamatan Talang Kelapa, Banyuasin, Sumatra Selatan, itu ditangkap Kepolisian Sektor Talang Kelapa.
Kepada polisi Sadimin menyatakan tidak tahu ada larangan pembakaran lahan. Selama ini dia dan warga lain sudah terbiasa membakar lahan untuk membuka ladang dan sawah. Lahan yang dibakar Sadimin adalah hasil mufakat warga Desa Sukatani untuk memanfaatkan kawasan yang selama ini sebagai tempat hama babi. Namun, polisi tetap akan memproses kasus ini secara hukum. Sejauh ini polisi baru menangkap tersangka seperti Sadimin, sementara otak pelaku belum tersentuh.(ADO/Tim Liputan 6 SCTV)
Salah satu hasil rapat yang dipimpin Menko Kesra Aburizal Bakrie ini adalah pemerintah akan membuat hujan buatan serta bom air untuk memadamkan api di Kalimantan dan Sumatra. Penggunaan bom air berisi 3.000 liter air akan melibatkan dua pesawat jenis Hercules. Sebanyak lima wilayah akan menjadi prioritas pemadaman, yaitu Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Tengah serta Kalimantan Barat.
Menurut rencana penyebaran bom air di wilayah Pekanbaru, Riau, akan dilaksanakan besok pagi. "Hujan buatan tidak bisa 100 persen memadamkan api, tapi mudah-mudahan dapat mengurangi kobaran api," Aburizal menjelaskan usai rapat di kantornya.
Sedangkan upaya jangka pendek maupun panjang yang melibatkan polisi, Kejaksaan Agung serta masyarakat juga akan dilakukan. Di antaranya dengan melaksanakan sistem peringatan dini titik api.
Terkait soal pelaku pembakaran, pemerintah juga telah mengumpulkan barang bukti dari tujuh perusahaan di Riau serta Kalbar. "Yang melakukan pembakaran adalah warga di sana," ujar Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar.
Sementara itu pembakar hutan yang menyebabkan bencana kabut asap di Sumatra mulai ditangkap polisi. Sadimin misalnya, belum lama berselang, ditetapkan polisi sebagai tersangka dalam kasus pembakaran lahan di desanya seluas 12 hektare. Sekretaris Desa Sukatani, Kecamatan Talang Kelapa, Banyuasin, Sumatra Selatan, itu ditangkap Kepolisian Sektor Talang Kelapa.
Kepada polisi Sadimin menyatakan tidak tahu ada larangan pembakaran lahan. Selama ini dia dan warga lain sudah terbiasa membakar lahan untuk membuka ladang dan sawah. Lahan yang dibakar Sadimin adalah hasil mufakat warga Desa Sukatani untuk memanfaatkan kawasan yang selama ini sebagai tempat hama babi. Namun, polisi tetap akan memproses kasus ini secara hukum. Sejauh ini polisi baru menangkap tersangka seperti Sadimin, sementara otak pelaku belum tersentuh.(ADO/Tim Liputan 6 SCTV)