Hutan Konservasi Baning Terbakar

Berbagai tumbuhan langka yang berumur puluhan hingga ratusan tahun tumbang dan hangus terbakar. Beragam jenis burung, ular, dan primata seperti lutung merah ditemukan mati terpanggang.

oleh Liputan6 diperbarui 28 Agu 2006, 12:47 WIB
Liputan6.com, Sintang: Sudah sepuluh hari terakhir, empat puluh hektare lahan di Hutan Konservasi Baning di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, terbakar. Kelalaian para peladang berpindah dalam membuka hutan diduga menjadi penyebab utama malapetaka lingkungan ini. Api dari upaya pembukaan lahan merembet ke kawasan hutan wisata alam itu. Demikian hasil pantauan SCTV dari Sintang, Senin (28/8).

Kebakaran hutan itu berimbas kepada spesies-spesies yang dilindung yang ada di kawasan Baning. Berbagai tumbuhan langka, seperti meranti, damar, bengkirai yang berumur puluhan hingga ratusan tahun tumbang dan hangus terbakar. Beragam jenis burung, ular, dan primata seperti lutung merah ditemukan mati terpanggang.

Petugas Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan atau kerap disebut Manggala Agni kesulitan menjinakkan si jago merah. Lahan gambut yang menjadi karakter kawasan Baning membuat api dapat bersembunyi sambil terus menghanguskan yang ada di sekitarnya. Ditambah lagi, petugas sulit memperoleh air. Kini petugas terus berusaha memadamkan api karena jika dibiarkan makin banyak kekayaan hayati yang menjadi korban.

Sementara itu pihak Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau berencana mencabut izin tiga pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) di sekitar kawasan Hutan Lindung Tesso Nilo, Pelalawan. Ketiga pemegang HPH, yakni PT Nanjak Makmur, PT Sola Gratia, PT Siak Raya dinilai membiarkan lahannya dibakar warga untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit.

Kepala BKSDA Riau Wilistra Dani mengatakan, pihaknya sudah lama mengusulkan agar izin HPH ketiga perusahaan itu dicabut. Sayangnya, BKSDA Riau tidak mengetahui pasti alamat ketiga pemegang HPH yang sebelumnya berkantor di Pekanbaru ini. Wilistra menambahkan, selanjutnya akan mengubah fungsi hutan tanaman industri menjadi kawasan hutan lindung.

Hingga kini, jajaran Kepolisian Riau terus mengejar pelaku pembakaran di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo. Sebanyak 52 orang sudah ditangkap dan dijadikan sebagai tersangka. Ironisnya para tersangka ini mengaku hanya sebagai suruhan orang yang baru dikenalnya sepintas. Sementara pengusaha perkebunan belum ada seorang pun yang dibekuk.

Upaya pemadaman kebakaran hutan di Riau masih berlangsung. Selain lewat darat, pemadaman ditempuh melalui udara menggunakan bom air atau water bomb yang diangkut helikopter. Pemadaman dari udara ini dianggap paling efektif mengingat kondisi hutan lindung Tesso Nilo sulit dijangkau lewat darat [baca: Pemadaman Hutan di Riau dengan Bom Air].(JUM/Tim Liputan 6 SCTV)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya