Liputan6.com, Jakarta: Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menyatakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya setuju lumpur PT Lapindo Brantas dibuang ke laut bila tak ada alternatif penampungan lumpur lain. Untuk memastikan apakah pembuangan lumpur ke laut memang satu-satunya pilihan yang tersisa, besok Presiden akan mengadakan rapat dengan Tim Penanggulangan Lumpur Lapindo. "Kalau sudah tidak bisa, berarti kita harus milih mau menyelamatkan masyarakat atau menyelamatkan ikan," kata Djoko di Jakarta, Selasa (26/9).
Hingga kini masalah lumpur Lapindo memang belum berakhir. Jalan Tol Surabaya-Gempol di Kilometer 38 hingga 39 kini benar-benar telah tertutup lumpur dan tak bisa dilalui kendaraan. Bahkan di badan jalan tol dibuat tanggul lapis kedua untuk mengganti tanggul penahan di pinggir jalan tol yang telah jebol semalam. Dengan tanggul ini berarti ruas jalan Tol Surabaya-Gempol akan digunakan sebagai kolam penampungan lumpur [baca: Tanggul Penahan Lumpur Tak Dapat Diandalkan].
Selain membangun tanggul, di sekitar jalan tol juga disediakan pompa untuk menyedot lumpur yang diharapkan dapat mengurangi genangan lumpur di pertanian sekitar tol yang mencapai satu meter. Langkah ini juga dilakukan untuk mencegah lumpur menggenangi rel kereta api yang berdekatan dengan lokasi pertanian.
Saat ini, tim penanggulangan lumpur juga sedang membangun selokan permanen di sebelah rel. Sayangnya, langkah ini dinilai terlambat karena dari rencana lima kilometer baru dibangun selokan sepanjang seratus meter. Padahal tanggul di Desa Jatirejo sudah hampir mencapai batas maksimal. Hanya letupan sekali saja, luberan lumpur dikhawatirkan menggenangi rel dan Jalan Raya Porong.(YAN/Tim Liputan 6 SCTV)
Hingga kini masalah lumpur Lapindo memang belum berakhir. Jalan Tol Surabaya-Gempol di Kilometer 38 hingga 39 kini benar-benar telah tertutup lumpur dan tak bisa dilalui kendaraan. Bahkan di badan jalan tol dibuat tanggul lapis kedua untuk mengganti tanggul penahan di pinggir jalan tol yang telah jebol semalam. Dengan tanggul ini berarti ruas jalan Tol Surabaya-Gempol akan digunakan sebagai kolam penampungan lumpur [baca: Tanggul Penahan Lumpur Tak Dapat Diandalkan].
Selain membangun tanggul, di sekitar jalan tol juga disediakan pompa untuk menyedot lumpur yang diharapkan dapat mengurangi genangan lumpur di pertanian sekitar tol yang mencapai satu meter. Langkah ini juga dilakukan untuk mencegah lumpur menggenangi rel kereta api yang berdekatan dengan lokasi pertanian.
Saat ini, tim penanggulangan lumpur juga sedang membangun selokan permanen di sebelah rel. Sayangnya, langkah ini dinilai terlambat karena dari rencana lima kilometer baru dibangun selokan sepanjang seratus meter. Padahal tanggul di Desa Jatirejo sudah hampir mencapai batas maksimal. Hanya letupan sekali saja, luberan lumpur dikhawatirkan menggenangi rel dan Jalan Raya Porong.(YAN/Tim Liputan 6 SCTV)