Tempat yang dulu bernama Buitenzorg atau San Souci ini semula hanya menjadi pesanggrahan Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff. Rumah yang berarti "tanpa kekhawatiran" ini dibangun pada Agustus 1744 dan berbentuk tingkat tiga. Saat itu, Van Imhoff mencontoh arsitektur Blehheim Palace, kediaman Duke Malborough, dekat Kota Oxford di Inggris.
Berangsur-angsur, Istana Bogor mengalami perubahan selama masa pemerintahan Gubernur Jenderal Belanda maupun Britania Raya (Herman Willem Daendels dan Sir Stamford Raffles). Rumah peristirahatan berubah menjadi bangunan istana paladian dengan luas halaman mencapai 28,4 hektare dan luas bangunan 14.892 meter persegi.
Advertisement
Namun pada 10 Oktober 1834, beberapa bagian istana roboh dan hancur akibat gempa letusan Gunung Salak. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Albertus Jacobus Duymaer van Twist (1851-1856), Istana Bogor dibangun kembali. Bangunan dibuat tidak bertingkat dengan pertimbangan situasi daerah yang sering gempa. Bangunan lama sisa gempa dirubuhkan dan dibangun dengan mengambil arsitektur Eropa abad ke-19.
Pada tahun 1870, Istana Buitenzorg dijadikan tempat kediaman resmi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Penghuni terakhir Istana Buitenzorg adalah Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborg Stachourwer. Ia terpaksa menyerahkan istana kepada Jenderal Imamura, pemerintah pendudukan Jepang. Baru pada Januari 1950, pemerintah Indonesia menggunakannya sebagai Istana Kepresidenan.
Istana Bogor resmi dibuka untuk kunjungan umum oleh Presiden Soeharto pada 1968. Arus pengunjung dari luar dan dalam negeri mencapai sekitar 10 ribu orang per tahun. Pada 15 November 1994, Istana Bogor menjadi tempat pertemuan tahunan menteri ekonomi APEC (Asia-Pasific Economy Cooperation). Di tempat ini pula, diterbitkan Deklarasi Bogor yang menjadi komitmen 18 negara anggota APEC untuk mengadakan perdagangan bebas dan investasi sebelum 2020.
Pada 16 Agustus 2002, pada masa pemerintahan Megawati Sukarnoputri, diadakan acara "Semarak Kemerdekaan" untuk memperingati HUT ke-57 Indonesia. Acara dimeriahkan penampilan Twilight Orchestra pimpinan Adi M.S. Pada 9 Juli 2005, Presiden Yudhoyono melangsungkan pernikahan anaknya Agus Yudhoyono dengan Anisa Pohan.
Istana Bogor terdiri dari tiga bagian yakni gedung induk serta gedung sayap kiri dan kanan yang saling berhubungan. Mantan Presiden Soekarno biasa menggunakan ruang utama di gedung induk bernama Ruang Teratai sebagai tempat menerima tamu negara. Sesuai namanya, ruangan tersebut dihiasi lukisan teratai karya Ernest Dezentje dan lukisan Tujuh Bidadari.
Acara kenegaraan biasa digelar di Ruang Garuda. Ruangan berbentuk oval dengan 16 pilar gaya Olympia digunakan Soekarno untuk menjamu tamu negara diselingi tari lenso. Di sisi kiri Ruang Garuda terdapat perpustakaan tempat Soekarno biasa menghabiskan waktu dengan membaca buku. Sekitar 4.500 buku koleksi pribadi Bung Karno tersimpan di ruangan tersebut. Patung Presiden Yugoslavia Tito, patung Sarinah karya Trubus, dan patung kepala Buddha dari Burma juga menghiasi ruang perpustakaan presiden.
Tepat bersebelahan dengan perpustakaan adalah ruang kerja Bung Karno. Ruangan ini pun dihiasi berbagai benda seni seperti lukisan The Russian Wedding karya Makowski dan lukisan Flamboyan karya Adolf. Patung Jatayu Merah, patung Wayang dari uang kepeng, serta hiasan keramik dari Thailand dan Rusia menjadi pemanis ruangan tersebut.
Di depan ruangan tersebut terdapat ruang film. Setiap Jumat, Soekarno menyaksikan film bersama keluarga dan karyawan istana. Di tempat ini terpajang lukisan-lukisan berukuran besar karya Basuki Abdullah seperti Subadra Larung dan Hari Dunia Kiamat. Ruangan lainnya adalah ruang makan besar juga dihiasi berbagai lukisan berseni tinggi macam Pesta Anggur.
Di bagian sayap kiri Istana Bogor terdapat empat ruangan besar. Salah satunya adalah ruang konferensi yang biasa dipakai untuk Sidang Kabinet. Ruang Pancanegara yang bersebelahan dengan ruang tersebut kerap menjadi tempat Konferensi Lima Negara pada 1954 sebagai persiapan Konferensi Asia-Afrika. Di salah satu kamar tidung di bagian sayap ini pula, Bung Karno pernah terbaring selama tiga bulan dalam perawatan tim dokter Republik Rakyat Cina pada 1965.
Di sayap kanan, terdapat kamar tidur untuk tamu negara. Seperti layaknya ruangan lain, kamar tidur tamu ini juga dihiasi lukisan-lukisan karya Basuki Abdullah. Paviliun untuk menginap keluarga presiden atau pejabat negara dibangun di halaman Istana Bogor.
Tak hanya di dalam, karya seni bernilai tinggi juga bisa ditemukan di halaman istana. Puluhan patung perunggu dan batu tersebar di atas rerumputan istana yang hijau asri. Patung Hands of God hadiah dari pemerintah Swedia, patung Hercules dari Hungaria menghiasi halaman istana. Tak ketinggalan, patung Denok dan Endang Teratai karya Trubus juga menjadi penghuni pekarangan Istana Bogor.(TOZ/Tim Liputan 6 SCTV)