Tubuh Cacat Bukan Akhir dari Segalanya

Catur memodifikasi sepeda motornya sedemikian rupa agar bisa mengangkut dia dan istrinya. Catur prihatin dengan minimnya fasilitas transportasi bagi penyandang cacat.

oleh Liputan6 diperbarui 03 Des 2006, 19:14 WIB
Liputan6.com, Jakarta: Memiliki keterbatasan fisik tentu bukan hal menyenangkan. Namun vonis menjalani hidup di atas kursi roda seumur hidup tidak membuat suami istri, Catur dan Ondang putus asa. Di tengah minimnya sarana publik bagi penyandang cacat, Catur selalu berusaha menciptakan kemudahan bagi istrinya agar bisa bepergian tanpa harus kerepotan seperti yang terlihat baru-baru ini.

Catur telah memodifikasi sepeda motornya sedemikian rupa. Tujuannya agar bisa mengangkut dia dan istrinya. Apalagi Ondang termasuk perempuan yang banyak aktivitas, sementara kedua kakinya lumpuh.

Catur mempunyai ide memodifikasi kendaraannya karena keadaan. Mantan anggota Marinir ini nelangsa dengan nasib istrinya yang pernah ditolak sopir taksi yang tak mau repot mengangkut kursi roda. Catur juga prihatin dengan minimnya fasilitas transportasi bagi penyandang cacat.

Catur menuturkan kecelakaan lalu lintas membuat kedua kakinya diamputasi. Sedangkan kedua kaki Ondang mati rasa. Cacat permanen ini awalnya sempat membuat mereka frustrasi. Ditolak kerja maupun gagal dalam bercinta sempat membuat Catur ingin mengakhiri hidup. Namun setelah berkumpul dengan penyandang cacat lain, pikiran Catur mulai terbuka. Ternyata masih banyak yang lebih menderita darinya.

Setelah mengalami masa-masa sulit pasangan yang baru setahun menikah ini lebih bersemangat menjalani hidup. Apalagi kini Ondang tengah hamil tiga bulan. Mereka tak punya waktu lagi meratapi nasib. Sebaliknya mereka terus memberikan semangat bagi kaum penyandang cacat agar tak mudah putus asa.(ICH/Anastasya Putri dan Eko Purwanto)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya