Hasil Otopsi Cliff Sudah Lengkap

Tim RS Hasan Sadikin Bandung tak bersedia mengumumkan hasil otopsi Cliff karena merasa tidak punya kewenangan. Pihak RSHS Bandung menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium jenazah Cliff ke Polres Sumedang besok pagi.

oleh Liputan6 diperbarui 10 Apr 2007, 18:31 WIB
Liputan6.com, Bandung: Proses otopsi dan pemeriksaan laboratorium forensik terhadap jenazah praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Cliff Muntu sudah lengkap. Namun dengan alasan tidak memiliki kewenangan, tim forensik Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung tak bersedia mengumumkannya. Demikian pantauan SCTV dari Bandung, Jawa Barat, Selasa (10/4).

Rencananya, pihak RSHS Bandung akan menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium jenazah Cliff ke Kepolisian Resor Sumedang paling lambat besok pagi. Sebelumnya, polisi menyebutkan hasil otopsi memang menunjukkan adanya luka bekas kekerasan di beberapa bagian tubuh Cliff. Sementara tentang dugaan Cliff disuntik formalin, tim forensik RSHS Bandung tak bersedia memberi keterangan dengan alasan bukan kewenangannya.

Dugaan jenazah Cliff disuntik formalin untuk mengaburkan penyebab kematiannya terungkap dari kesaksian salah satu orang tua praja. Meski belum ada jawaban dari pihak berwenang, sejumlah indikasi mengarah pada kemungkinan itu. Polres Sumedang akan memeriksa dokter jaga dan penjaga kamar mayat RS Al Islam Bandung dan petugas klinik IPDN.

Ketua Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia dokter Purwandianto mengaku heran dengan keberadaan bahan pengawet mayat di klinik IPDN. Menurut dia, hal tersebut tidak wajar. "Tidak logis dalam dunia kedokteran adanya poliklinik yang menstok formalin di wilayah orang hidup," ujar Purwandianto [baca: Polisi Akan Memeriksa Dokter RS Al Islam].

Penyelidikan adanya formalin di IPDN bukan saja untuk menyelidiki penyebab kematian Cliff. Namun seharusnya menjadi salah satu penguak tabir tradisi kekerasan yang sudah turun-temurun di lembaga penghasil pamong praja itu. Bisa jadi, tak hanya Cliff yang disuntik formalin untuk menghilangkan jejak adanya kekerasan di lembaga itu.(JUM/Tim Liputan 6 SCTV)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya