Rektor Baru IPDN Dilantik Hari Ini

Johanis Kaloh akan dilantik menjadi pelaksana tugas Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri menggantikan I Nyoman Sumaryadi yang dinonaktifkan kemarin. Hampir terjadi tawuran massal di malam tewasnya Cliff Muntu.

oleh Liputan6 diperbarui 12 Apr 2007, 07:23 WIB
Liputan6.com, Jakarta: Johanis Kaloh hari ini akan dilantik menjadi pelaksana Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri, Jatinangor, Jawa Barat. Staf ahli Menteri Dalam Negeri Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia, ini menggantikan rektor sebelumnya I Nyoman Sumaryadi yang dicopot Rabu (11/4). Nyoman sendiri belum bisa dikonfirmasi soal penonaktifannya tersebut [baca: Rektor IPDN Dinonaktifkan].

Johanis kelahiran Medan, Sumatra Utara, 56 tahun yang lalu. Ia adalah dosen tetap Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) dan pernah menjabat Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Bapak tiga anak peraih gelar doktor Ilmu Administrasi Negara Universitas Indonesia, juga termasuk anggota tim yang merancang STPDN (sebelum menjadi IPDN) dan evaluasi kurikulum IIP.

Sementara itu, hasil otopsi Cliff Muntu memastikan praja IPDN asal Sulawesi Utara itu tewas akibat tindak kekerasan yang mengakibatkan beberapa organ tubuh rusak. Hasil otopsi juga menyatakan tidak ada indikasi bahwa almarhum menderita sakit lever. Polisi terus mengembangkan kasus ini dengan memeriksa keterlibatan orang-orang yang menutupi peristiwa ini [baca: Johanis Kaloh Ditunjuk Menjadi Pelaksana Rektor IPDN].

Namun penyelidikan kasus ini kemungkinan terhalang tembok kampus. Inu Kencana dan Andi Asikin, dua dosen IPDN yang selama ini gencar mengungkap kasus kekerasan di kampus itu memilih tak berkomentar usai dperiksa Tim Penyelidik Depdagri. Andi Asikin mengaku diminta tutup mulut oleh Tim Penyelidik.

Sikap serupa juga ditunjukkan Inu Kencana. Inu mengaku lupa apa isi pemeriksaan tersebut. Tak hanya itu, praja yang buka mulut juga belum bisa dijamin keamanannya. Tekanan ini mau tak mau makin menguatkan dugaan adanya persekongkolan untuk menyembunyikan kekerasan di IPDN.

Perkembangan terbaru kasus kematian Cliff juga terus terungkap. Malam kejadian ternyata hampir semua praja madya dan nidya Kampus IPDN mengetahui kabar kematian almarhum. Hal ini diketahui setelah SCTV menerima rekaman pembicaraan yang menceritakan kejadian malam nahas itu.

Menurut pembicaraan dalam rekaman tersebut, hampir terjadi perkelahian massal antarangkatan. Para praja berniat menyerang senior mereka begitu kabar kematian Cliff merebak. Seluruh jajaran kampus kemudian turun tangan untuk menghindari tawuran massal.

Di Jakarta, jajaran DPRD Sulut mendatangi Kantor Departemen Dalam Negeri untuk menyampaikan kekecewaan terhadap kasus yang menimpa Cliff. DPRD Sulut meyakini selain peristiwa yang menimpa Cliff, banyak praja yang fisiknya rusak akibat kekerasan di kampus itu. Mereka meminta pihak Depdagri menindak tegas semua pihak yang terkait dengan kematian Cliff. Mereka juga sedang menyiapkan tuntutan pidana dan perdata kepada pelaku kekerasan dan pengelola kampus.

Tak pelak kekerasan yang merenggut nyawa Cliff seolah membuka borok di kampus tersebut. Satu demi satu mantan siswa IPDN yang pernah disiksa membuka mulut. Salah satunya adalah Sugianto. Pria ini masuk IPDN pada 1998. Awal 1999, Sugianto bercerita sempat dipukuli enam seniornya. Akibatnya, syaraf tulang belakang korban terjepit sehingga bagian kiri badannya tak bisa berfungsi dengan normal.

Setelah insiden tersebut, Sugianto memilih untuk mengundurkan diri. Saat itu ia mengaku pernah mengadukan kasusnya ke pihak Rektor. Namun tak ada sanksi yang dijatuhkan bagi para seniornya. Bahkan mereka saat ini masih menjadi pegawai negeri. Untungnya Sugianto bisa bekerja di Kantor Pemerintah Provinsi Nusatenggara Barat.(MAK/Tim Liputan 6 SCTV)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya