Kain Tenun Alor dengan Pewarna Alami

Kain tenun asal Pulau Alor, NTT, memang terkenal akan keindahan motifnya. Yang menarik, warna-warna yang dihasilkan berasal dari tumbuhan-tumbuhan.

oleh Liputan6 diperbarui 15 Agu 2007, 13:22 WIB
Liputan6.com, Pulau Alor: Sejak dahulu hingga sekarang, kain tenun Alor terkenal dengan keindahan motif. Bahkan, aneka warna yang dihasilkan berasal dari tumbuhan. Ternyata, para perajin kain tenun di Pulau Alor, Nusatenggara Timur, tak hanya pandai menenun. Mereka pun pandai memintal benang. Pemrosesan dari kapas hingga menjadi kain, ternyata membutuhkan waktu hingga lima bulan lamanya.

Prosesnya diawali dengan membersihkan kapas dengan alat yang disebut beneha kapo klukung. Selanjutnya kapas dipintal menjadi benang. Setelah menjadi benang baru diberi warna sesuai selera. Adapun zat pewarna yang digunakan bukan dari bahan kimia, tapi dari tumbuh-tumbuhan.

Warna hijau dihasilkan dari daun pepaya, kuning dari kunyit dan hitam dari daun nila. Ada 30 jenis warna bisa dihasilkan dari tetumbuhan yang hidup di Pulau Alor. Proses pewarnaan pun memakai cara tradisional, seperti digoreng di atas kuali atau penggorengan.

Kain yang telah diberi bermacam-macam warna ini kemudian ditenun menjadi selendang atau sarung dengan motif khas Pulau Alor, antara lain rumah adat dan moko. Proses menenun biasanya memakan waktu satu hingga dua pekan untuk selembar kain sarung maupun selendang. Harga termurah untuk selendang adalah Rp 100 ribu, sedangkan kain sarung dilepas seharga Rp 500 ribu hingga Rp 5 juta.(ANS/Didimus Payong Dore)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya