Liputan6.com, Sragen: Mungkin tak banyak yang tahu kalau Sangiran merupakan satu dari sedikit desa tertua di dunia. Di desa yang terletak di Kecamatan kalijambe, Sragen, Jawa Tengah ini manusia purba Pitecantropus Erectus hidup lebih dari dua hingga tiga juta tahun lalu. Sangiran adalah saksi sejarah peradaban dunia.
Di sinilah segala macam jenis fosil mulai dari tengkorak manusia, berbagai jenis hewan purba seperti banteng, gajah purba, rusa, hingga kepiting dan aneka perkakas manusia purba ditemukan. Juga ribuan fragmen fosil lainnya.
Advertisement
Celakanya, saksi bisu sejarah peradaban di muka bumi ini menjadi barang buruan dan perdagangan tiada henti. Mulai dari fosil binatang bahkan hingga fosil potongan tubuh manusia. Berbagai fosil banyak dijual di toko-toko barang antik. Selain bercampur dengan kerajinan lain, untuk mengecoh petugas fosil terkadang ditambahi ukiran.
Lebih ironis lagi, perdagangan fosil dari Situs Sangiran terjadi di halaman museum. Di sini, potongan-potongan kecil tulang hewan hingga tengkorak kepala manusia ditawarkan. Padahal fosil dalam bentuk utuh maupun potongan harusnya ada di laboratorium Museum Sangiran atau lembaga yang ditunjuk untuk merawatnya.
Fosil bukanlah benda yang seenaknya bisa dikoleksi oleh pribadi-pribadi berduit. Oleh orang lokal maupun asing. Atas nama bisnis maupun sekadar mencari makan. Tak hanya di dalam wilayah Sangiran, fosil-fosil juga masuk ke kota-kota lain. Demi uang, manusia tega menjual leluhurnya sendiri sekalipun sudah menjadi batu.
Kisah penjualan benda purbakala asal Nusantara yang melibatkan jaringan internasional sudah kerap terbongkar. Yang paling menggegerkan terjadi dua tahun lalu ketika balai lelang tersohor Chistie di New York, Amerika Serikat yang hendak melelang patung Budha Aksobya yang berasal dari Candi Borobudur, Magelang, Jateng.
Perhatian pemerintah terhadap penemuan benda purbakala sepertinya masih jauh panggang dari api. Jauh dari harapan masyarakat. Apalagi dengan cekaknya anggaran, pencurian, penggalian dan bahkan perdagangan terhadap benda purbakala sepertinya akan berlanjut. Hingga benda-benda purbakala habis tak bersisa.(JUM/Tim Sigi)