Bagikan Bubur Asyura, Mengenang Wafatnya Imam Hussein

Hari Raya Asyura atau peringatan wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, Hussein Ibnu Ali, diadakan bukan dengan sukacita, melainkan penuh duka. Di Banjarmasin, Kalsel, warga merayakannya dengan membagikan bubur asyura.

oleh Liputan6 diperbarui 20 Jan 2008, 18:17 WIB

Liputan6.com, Banjarmasin: Hari Raya Asyura atau hari ke-10 dalam bulan Muharam oleh kelompok Syiah diperingati bukan dengan sukacita, melainkan penuh duka. Mereka mengenang wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, Hussein Ibnu Ali. Diperkirakan ada sekitar 130 juta sampai 190 juta muslim Syiah di dunia yang sebagian besar di Timur Tengah, merayakan Hari Asyura.

Di Indonesia, sekalipun mayoritas umat Islam mengikuti aliran Sunni, ada juga yang merayakan dengan sejumlah cara. Di antaranya di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Uniknya, melengkapi hari besar ini, umat dan organisasi masyarakat di Banjarmasin juga mengadakan acara masak dan membagikan bubur. Mereka memberi nama bubur asyura. Sajian ini dinikmati setidaknya oleh 300 muslim dan warga sekitar.

Cara mereka mungkin berbeda. Di Karbala, Irak, penganut islam aliran Syiah bersimbah darah. Pun demikian di Islamabad, Pakistan, pengikut Syiah menyiksa diri. Sementara di Istanbul, Turki, umat Syiah menyumbangkan darah. Kaum muslim memang percaya, Asyura memiliki makna penting. Mereka mengenang wafatnya Imam Hussein Ibnu Ali di Padang Karbala, pada tahun 680. Saat ini, peristiwa gugurnya cucu Nabi Muhammad SAW itu bisa pula melambangkan perlawanan terhadap ketidakadilan dan kesewenang-wenangan di dunia.(ANS/Emir Faisal dan Soeb)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya