Akhir Kisah Adam Air

Ada delapan pelanggaran serius yang menjadi alasan kuat Departemen Perhubungan mencabut izin terbang maskapai penerbangan Adam Air terhitung 19 Maret 2008. Di antaranya di bidang perawatan, operasi, serta kompetensi sumber daya manusia.

oleh Liputan6 diperbarui 23 Mar 2008, 14:10 WIB

Liputan6.com, Jakarta:
Kesal dan amarah calon penumpang tidak bisa dibendung lagi. Inilah pemandangan yang terjadi sepanjang pekan ini di sejumlah loket maskapai penerbangan Adam Air. Maklum, tiket sudah di tangan, namun secara tiba-tiba perusahaan penerbangan itu menutup operasionalnya lantaran bermasalah dengan keuangannya. Terancam bangkrut.

Lewat pemberitaan media, terungkap Adam Air kolaps dan tidak mampu membayar polis asurani pesawat sekitar Rp 17 miliar yang jatuh tempo pada 20 Maret 2008 serta memiliki tunggakan sewa pesawat senilai Rp 45 miliar. Tak hanya itu, Adam Air juga dibelit utang biaya pendaratan dan parkir inap sebesar Rp 5,6 miliar kepada Bandar Udara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Adam juga mempunyai utang lebih dari Rp 23 miliar kepada Pertamina.

Didera sejumlah masalah itu, Adam Air baru berniat menghentikan semua jadwal penerbangannya pada 21 Maret. Namun Departemen Perhubungan mendahului rencanan manajemen Adam Air dengan mencabut seluruh izin terbang burung besi Adam Air terhitung 19 Maret 2008. Alasannya, dalam audit terhadap Adam Air ditemukan ada delapan pelanggaran serius, seperti di bidang perawatan, operasi, serta kompetensi sumber daya manusia.

Di saat sulit itu, investor kongsi Adam Air PT Bhakti Investama melalui dua anak perusahaanya PT Global Transport Services (GTS) dan PT Bright Star Perkasa (BSP) justru berniat menarik modalnya. Sebuah dokumen yang ditemukan oleh Tim Sigi menyebutkan mereka akan menjual kembali seluruh sahamnya sebanyak 198 ribu lembar kepada keluarga Suherman dengan harga Rp 100 miliar. Pembelian saham ini akan dibayarkan sebanyak tiga kali. 

Ada dua alasan utama mengapa perusahaan milik konglomerat Harry Tanoesoedibyo itu berniat hengkang dari Adam Air. Pertama, tidak adanya perbaikan keamanan penerbangan sejak berinvestasi di Adam Air, April 2007. Kedua, manajemen Adam Air dianggap tidak transparan dalam mengelola keuangan perusahaan. Kecurangan tersebut antara lain terlihat pada pelaporan manives penumpang yang berubah-ubah, catatan kargo yang seluruhnya tidak dilaporkan, jumlah karyawan berubah-ubah, dan tiket gratis yang tak wajar mencapai hampir 28 ribu lembar.

Namun semua tuduhan itu dinilai mengada-ada oleh Direktur Utama Adam Aditya Suherman. Pasalnya, selama ini Direktur Keuangan Adam Air dipegang oleh Gustiono, yang tidak lain orang Bhakti Investama. Simak selengkapnya Akhir Kisah Adam Air dalam video Sigi 30 Menit edisi 23 Maret 2008.(RMA/Tim Sigi SCTV)   

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya