WFP: Semakin Banyak Negara Rawan Pangan

Program Pangan Dunia (WFP) menilai Afghanistan sebagai negara paling parah terbelit krisis pangan. Krisis menerpa Afghanistan menyusul meningkatnya harga bahan makanan pokok. Tercatat lebih 10 ribu warga tewas karena kekurangan gizi setiap tahunnya.

oleh Liputan6 diperbarui 02 Mei 2008, 23:59 WIB

Liputan6.com, Kabul: Program Pangan Dunia (WFP) mengumumkan satu per satu negara jatuh dalam krisis pangan. Setelah Haiti, WFP mengumumkan krisis serupa juga menimpa Afghanistan. Bahkan WFP menilai Afghanistan sebagai negara paling parah terbelit krisis pangan.

Laporan WFP menyebutkan Afghanistan sangat membutuhkan bantuan pangan sepanjang tahun ini karena menghadapi ancaman bahaya kelaparan. Krisis menerpa Afghanistan menyusul meningkatnya harga bahan makanan pokok. Harga kebutuhan pokok naik hingga 30 persen pada Februari. Gandum yang menjadi bahan pokok harganya meningkat hingga 100 persen.

Tercatat lebih dari 10 ribu warga Afghanistan tewas karena kekurangan gizi setiap tahun. Badan Pangan Dunia sudah berusaha menurunkan tingkat kematian itu. Pada Januari, WFP membagikan 89 ribu ton makanan dan US$ 77 juta dana bagi sekitar 2, 5 juta penduduk Afghanistan.

Berbagai cara dilakukan mengurangi dampak akibat krisis pangan ini. Presiden Amerika Serikat George Walker Bush memilih cara mengucurkan dana tambahan guna menyokong program WFP. Dana US$ 770 juta yang diminta Bush itu akan digunakan membantu mengatasi kenaikan harga pangan yang memicu bahaya kelaparan dan gejolak sosial di seluruh dunia.

Sebelumnya Bush memerintahkan dikucurkannya dana senilai US$ 200 juta untuk dana bantuan pangan darurat. Bush menegaskan AS akan mengalokasikan US$ 5 miliar tahun ini dan 2009. Bush dianggap sebagai biang keladi krisis pangan oleh Presiden Venezuela Hugo Chavez. Idenya menggiatkan penggunaan bahan bakar nabati dinilai telah mengurangi jatah untuk kebutuhan perut manusia.(JUM)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya