Liputan6.com, Denpasar: Perkawinan ajaran Hindu Dharma dengan budaya dan tradisi leluhur Bali membuahkan hasil kebijakan lokal. Pencapaian keseimbangan dan kedamaian hidup lahir batin. Sebuah tujuan hidup yang akan terus digapai masyarakat Bali.
Masyarakat Bali yakin keseimbangan dan kedamaian lahir batin itu akan terwujud melalui tattwa atau filosofi, susila atau norma-norma, dan upacara. Dasar kehidupan masyarakat asli Bali yang mengandung keimanan akan satu Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Advertisement
Upacara atau Yadnya memang tak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat asli Bali. Pitra Yadnya, satu dari lima Nyadnya, adalah upacara suci seusai kematian yang ditujukan pada roh-roh leluhur. Awam mengenalnya dalam perwujudan ngaben atau upacara pembakaran jenazah atau pelebon.
Bagi masayarakat Bali, upacara Ngaben sangat penting. Karenanya, Ngaben dilaksanakan secara ramai dan meriah sebagai simbol kebahagiaan serta kegembiraan keluarga yang berhasil membebaskan jiwa dari keterikatan keduniawian. Keterikatan yang menghambat perjalanan jiwa menuju surga atau nirwana.
Sehari sebelum jiwa diantar ke nirwana melalui Ngaben, jenazah dikeluarkan dari lahat. Sisa-sisa tubuh manusia dibakar hingga tinggal tulang belulang. Petulangan inilah yang dibakar dalam Ngaben esok. Api dikobarkan. Upacara suci Ngaben dimulai. Abu jenazah selanjutnya ditabur ke laut yang dipercaya sebagai pintu menuju Sang Pencipta. Menuju Nirwana.(TOZ/Tim Liputan 6 SCTV)