Museum Harry Darsono Menyimpan Ribuan Koleksi Busana

Perancang busana Indonesia bisa bersaing dengan desainer mancanegara. Karena itu Harry Darsono membangun museum berisi ribuan koleksi untuk mengembangkan seni busana di Indonesia.

oleh Liputan6 diperbarui 17 Jul 2001, 23:14 WIB
Liputan6.com, Jakarta: Banyak museum dibangun khusus untuk menyimpan berbagai benda kenangan atau hasil karyanya. Begitu juga dengan Museum Harry Darsono. Museum milik perancang adibusana Harry Darsono itu terletak di bilangan Cilandak, Jakarta Selatan. Museum yang dibangun sejak 1996 itu dipenuhi 4.616 karya Harry selama 30 tahun.

Para pengunjung bangunan bergaya Baroque ini dapat menikmati permainan piano Harry yang mengiringi dua penyanyi opera yang melantunkan lagu berirama klasik. Menurut Harry, koleksi museum terdiri dari pakaian adibusana, lukisan sutera, sulaman, kostum panggung hingga desain perhiasan dan interior. Semua itu adalah hasil kreasi pria berkaca mata minus ini berkecimpung di dunia perancangan tekstil sejak 1971. Berbagai inovasi baru menambah jumlah karya Harry yang sekarang sudah tidak terhitung lagi dan tersebar di seluruh penjuru dunia.

Jika melangkah ke dalam, para pengunjung dapat menyaksikan berbagai koleksi Harry. Misalnya, kostum panggung yang mayoritas terbuat dari sutera bergaya klasik dan kontemporer. Koleksi tersebut pernah dipentaskan secara internasional, sebut saja jubah raja dan ratu dalam pertunjukan King and Queen of Britain. Ada juga jubah runcing dalam pergelaran Romeo and Juliet hingga pakaian perang dalam pementasan Julius Caesar.

Ribuan koleksi pakaian adibusana para bangsawan dunia juga ikut mewarnai museum ini. Misalnya, gaun manik-manik hitam putih yang pernah dipakai mendiang Lady Diana, gaun dengan sulaman emas murni dari bangsawan Eropa hingga Timur Tengah. Umumnya, Harry mengerjakan karya-karya tersebut tiga bulan hingga dua tahun. Semua koleksi tersebut tertata dalam ruangan bernuansa arsitektur Eropa itu.

Museum ini dilengkapi ruang desain, ruang konservasi,dan ruang lukis sutera. Menurut Harry, itu untuk memberikan kesempatan pada pengembangan seni tekstil Indonesia selain batik yang sudah mendunia.(ANS/Esther Mulyanie dan Haryo Dewanto)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya