Berinovasi dengan Kain Perca

Inovasi dibutuhkan dalam menjalankan usaha. Begitu juga yang dilakukan Awit di Yogyakarta. Ia mendalami patchwork atau seni merangkai perca dari limbah kaos sehingga menjadi produk yang bisa dijual.

oleh Liputan6 diperbarui 15 Des 2008, 05:49 WIB
Liputan6.com, Yogyakarta: Inovasi. Inilah yang dilakukan Awit Radiani di Yogyakarta dalam menjalankan usaha pembuatan kaos. Awalnya ia hanya membuka usaha pembuatan kaos. Namun limbah kaos yang dihasilkan justru memancingnya untuk berpikir, memanfaatkan, serta menjadikannya sebagai produk yang bisa dijual.

Awit menekuni patchwork atau seni merangkai perca. Desainnya diperoleh dari inspirasi dan hasil kreativitas. Adapun beberapa motif yang dihasilkan di antaranya gempa atau badai yang terinspirasi dari tsunami. Ditambahakan Awit, bahan baku diperoleh dari pabrik-pabrik kaos di Klaten, Semarang, Jawa Tengah, dan Bandung, Jawa Barat. "Peluang ekspor perca tinggi karena orang luar negeri sudah kenal seni ini," ungkap Awit.

Seni perca memang sudah dikenal di Amerika Serikat, Jepang, dan sejumlah negara-negara di Eropa. Patchwork di AS memiliki banyak motif berbahan kain katun, di Eropa polos, sementara motif khas Jepang amat rumit. Sebagai bentuk perlindungan atas karyanya, Awit telah mematenkan produk buatannya.(YNI/Julianus Kriswantoro dan Dwi Nindyas)


Awit Radiani
Telepon: 0878.3904.1200
Alamat: Sanggrahan Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya